13.1.07

DESEMBER

dingin menggila di penyusupan kehangatan pada penjuru-penjuru hati gamang. tidak pamrih itu kemana bepergian menjelang penyembelihan hewan kurban. ternak-ternak berpesta menikami kuasa-kuasa terbatas kantung kecemasan berekor pengharapan-pengharapan semu tak terejawantahkan, nirwana terjanjikan.

dingin menggila di darjah dua puluh tujuh koma lima lintang utara, tercipta keraguan berteguh menginjaki jalan-jalan tikus. menerus berteduh dalam apartemen-apartemen dan kadang kerasukan ujaran-ujaran kuno tak terlumpuhkan di depan tungku-tungku hangat menjilat langit menyapa kabut tak lelap. tersengal berpeluh menyiangi jendela-jendela ratapan menangis menyesali keteledoran yang terus terulang.

dingin menggila di penjelajahan takluki mimpi tak berujung selesa, pengharapan tak kunjung datang. bertengki api disuguhkan sebagai sesajen kebudayaan jangan terlupakan. dihadirkan itu pencair gunung es oleh kerumunan penantian datang berganti berkelompok-kelompok pasang surut mengisi apa saja yang kosong melahap apa saja yang lunak. tapi segunung kemenyan kiranya luluh berlutut, sejuta do'a lumpuh tercecer berserakan. karena takdir hanya akan bergetar oleh kuasa sesuatu yang maha menguasai.

dingin menggila di kaki-kaki petani mencangkuli ladang-ladang lapuk mengetami letih tanpa keringat. sebenar-benar mencari pangan untuk menjadi energi kembali bertanam tanaman mungkin sayur-mayur buah-buahan itu yang kita rasakan legit di ucap, bersinergi kembali mengaisi laba dan upah. entah mengingat atau tidak ketika lentera-lentera kegundahan dinyalakan tentang serbuk-serbuk obat penawar keserakahan dikumpulkan dalam gubug-gubug kesabaran dan kesyukuran yang menepikan cambukan-cambukan setan untuk berjingkrakan bertepuk menari riang.

dingin menggila di kerumunan pesta-pora seakan tak akan pernah melahap kematian. bersenda-gurau meneriaki kebahagiaan yang tak kunjung datang walau lumbung penuh berjejal padi-padi. pelarian-pelarian busuk terpilih, itu bukan pilihan. bergumul dengan kilatan-kilatan nestapa mungkin pengakhiran yang seharusnya mematangkan urat-urat nadi dan bukan lagi-lagi meneguk pangkal-pangkal di mana nestapa itu menjamur.

dingin menggila di tiang kokoh tanpa getar.

dingin menggila di gradasi-gradasi tanpa peduli.

Des '06
RESONANSI #06

bergulir itu berotasi
berputar itu mengelilingi
pada hitungan-hitungan genap
kita meraya
kembang api-kembang api

Des '06
KELUH

berlari kita mengejar itu nama, menancapkannya di setiap penghujung jalan terlintasi. bersama kita mendekatkan diri, mencari sosok-sosok se-isme se-warna seirama. butuh memang paduan-paduan, yang laknat adalah serangan-serangan berhujaman karena beda-beda terlalu banyak perbedaan antara kita. oh, hiruk-pikuk itu entahlah apa yang selalu kita cari. mungkin harta melimpah, kesejahteraan hidup, kenikmatan mencerna alam semesta. butuh bahagia itu, lalu dikorbankan kebahagiaan orang lain, harta orang lain, kesejahteraan orang lain, kenikmatan orang lain. oh, kita hidup ini seakan tak pernah akan mati, serangan dibalas serangan, memamerkan gigi masing-masing.

Des '06
HIJRAH

tersengal di antara petani-petani tidak mengenal lagi kebersamaan, nagari kepribadian datang-pergi injaki kaki lantas bersenggama dengan keberlarian masing-masing membentuk adat-istiadat baru yang entah dari mana datangnya itu. anggap sajalah memang belukar adalah rumah-rumah ular dan biawak, namun bidak-bidak tanah berhamparan sebelum belukar itu bertumbuhan adalah cinta tersemai di sana-sini. kiranya jeda-jeda waktu terlewati tak mampu menyiangi pagar-pagar keegoisan bersambutan hingga kita masih terkurung dalam bentuk-bentuk hari tersekati tiada kuasa menyulap ular menjadi cacing atau biawak menjadi cecak. ini jalan dikecami sebagai jalan pintas, namun perlu keberanian seperti itu supaya kita bisa mengerti arti bentuk dinamika. jika enggan untuk berkomunikasi dengan benar, belajarlah untuk berdialog dan jika dialog dianggap sebagai angin datang hilang berlalu, jadilah mayat hidup terus bergelantungan di antara setengah keberanian. ini memang jalan pintas, bukankah rindu itu hanya akan hadir setelah kita berpisah mengisi fashal-fashal bersendirian dan menangisi saat-saat kebersamaan itu terlewati begitu saja.

Nov '06