9.8.06

MEREKA

mereka mereka jajahan
dataran lautan berlimpahan
masih kurang mumpuni kepuasan

mereka mereka tangisan
mengira sebuah latihan
mimis terus berkeluaran

mereka mereka perubahan
lalui protes dunia pergerakan
tak pernah akan dihentikan

mereka mereka perluasan
minyak idealisme harta kekayaan
agar mengamini kedigjayaan

mereka mereka ketinggian
budaya mencicipi ciuman
kebebasan tanpa batasan

Juli '06

2.8.06

RENTA

dosa-dosa datang hilang taubat berganti generasi ke generasi di atas tubuhmu yang selalu berputar sisipkan benda-benda angkasa taburi tanah oleh logam dan bukan hanya hati yang keras namun hati segumpal daging merayakan ke-akuan sarat rasa. kulit-kulit beretakan pada setiap kemujung peraduan menjadikan para penghuni gubug-gubug di atasnya berlarian mencari pasak-pasakmu yang kokoh namun seperti naga terlentang. aku memimpikanmu berhamburan seserabut demi seserabut, mungkin tongkat itu sudah tidak lagi berisi hingga kudapati engkau terjerembab dalam tumpukan bunga aster di taman terjanjikan pada kitab-kitab tuhan yang mulai samar ditafsirkan. tapi janganlah dulu bersemayam, lihatlah aku masih seumur jagung dan baru saja kemarin menikmati ritual-ritual dengan sesajen belum sesempurna tersyaratkan. maka kasihi aku nenek! bantulah untuk sebuah pengampunan, karena aku hanya mengingat itu ketika kulit-kulitmu retak bergesekan atau pasak nagamu terusik oleh tumpukan dosa-dosa.

Juli '06

THUR SINA-I


isyarat apa yang bergejolak di puncak-puncak bebukitan dan gunung-gunung meninggi menafsirkan sebuah perjalanan sejarah tak putus oleh musim-musim yang terus melaluinya. di penghujung dingin mencambuki tak henti hingga batang-batang rokok tak lagi bisa menyala seperti di gedung-gedung apartemen. dan hati terus hening ada kedamaian menyelusup karena kesamaan pendakian kesamaan kelelahan. wahai para pemegang kekuasaan tertinggi, kunjungi puncak ini mari kita nikmati kopi hangat ketika matahari menyingsing. masih ada kesamaan antara kita, sama-sama ingin menyaksikan keindahan, dan peperangan itu samasekali menjijikan. di antara bebatuan menonjol, Musa pernah meminang wahyu untuk sebuah rasa paripurna, pecinta sesama, pemerhati kebersamaan. tapi engkau masih tetap menjadi gunung menangis sepanjang kehidupan manusia. dulu darah, sekarang sampah dari sisa-sisa para pecinta kelestarian alam dan kotoran hewan-hewan yang mereka tunggangi. setelah matahari meninggi, setelah sepi, setelah keindahan itu mereka nikmati.


Juli '06

BIRU I ( DARAH )

turun-temurun kuasa estafeta
dari kitab-kitab istiadat
atau petuah-petuah leluhur
serupa tingkah laku

disanjung karena menolong
dicinta karena bijaksana
harusnya tidak berketurunan
karena pribadi tidak bisa diwariskan

maka jangan bertengger
dalam kebesaran nama keluarga
jika tidak bisa mencapai
apa-apa yang telah dicapai karuhun

sebatas basa-basi licik
kekangan-kekangan nista
terpelihara oleh palsu
hati emas bukan pusaka

dan lintasan waktu berguguran
cerminkan sebuah perubahan
awalnya selalu baik
namun mengapa diakhir tidak

Juli '06
PENCARIAN

kutemui pagi di kemujung jejari dan tubuhmu yang tak lagi bersandar pada hambal-hambal terkungkung pucuk tersemai sebagai perjalanan berliku. jiwa menjauh sengaja meninggalkan segala apa yang berkecamuk juga kerumunan pribadi-pribadi yang mendekatkan diri, kau dan pilihan-pilihan tak diingini mencari sesosok sempurna layaknya para dewa. tetap seperti itu, agar aku terus bisa menuliskan sajak-sajak biru mencinta malam-malam yang semakin sunyi dan lembayung sore hari. dan coba perhatikan, aku mulai terbiasa menjauhi komunitas-komunitas karena gelombang beranjak redam kehilangan janji-jaji sebagai tanda kemurnian tak berujung tak bertali. kuasa tuhan, patut dicari namum tak benar jika kita coba memastikan hasil akhir dari sebuah pencarian itu. pencarian yang kurasa tak berujung, bukan hanya aku mungkin engkau dan mereka.

Juli '06