24.2.06

"INI" SATU SEMU

aku bertaruh sepuluh naga
untuk cerita yang tersisa
aku bertaruh seribu nyawa
untuk jiwa yang meronta

hadiahkanlah "ini" satu
pada keabadian tak tersapu
memburu dalam semu palsu
namun ditangisi sebagai ragu

kita masih dalam undakundak
kayamiskin terpandangtidak
menyanjung kepalsuan tanpa syak
mengelus badai yang terkoyak

sadari hati kita berpagutan
hantar keinginan dilamunan
bukan raga yang merasai
tapi erangan hati menanti

kata menjamah dunia tersenyum
menyaksikan engkau berjingkrak
layaknya taman bunga harum
menatap rumput dianggap congkak

Feb '06
DIA AKU

Bernoda itu imitasi
percuma saja tangisi diri sendiri
jika hanya tuk peroleh iba hati

Bukan mengharap tuk dibalas
melainkan mewujudkan kebahagiaannya
itu dinamakan sayang dia
lain sayang si aku yang ingin
disayangi

Sudah terlalu lapuk kiranya
namun baru kumengerti

Feb '05
WALANGSARI

maka ketika tersenyum
seharusnya kita mengerti
makna tangisan

bukan hanya sebatas keberadaan
yang selalu berlawanan,
namun arti kontinyuitas

menghantar alur yang mengalir

kau yang hadir di perkemahan kami
sorak yang tak pernah ku mengerti,

penjilat datang
bocah polos terbawa wacana dewasa
seakan tahu sepatriot aturan main
yang terus berjalan dengan wajar

dan lagi desaku memang
sangat terpencil
untuk di perhatikan pada
pestapesta kenegaraan

namun diabaikan
sebagai isak yang tak terhentikan

Malingping, Agt'05