PERTANDA
hingga kau pun kutemukan
bukan sebagai bayangan
namun ukiran naluri berjalan
lintasi waktu termangu berpijaran
garis persamaan
nagari selalu semi
tonjolan berluapan
nagari selalu bersuci
wahai roh-roh beterbangan
nuansa baru bersiaplah
wahai roh-roh bertenggeran
nuansa baru bersiaplah
peringatan datang pergi
aceh nias jogja selanjutnya
ini masa sulit
musibah musibah
Mei '06
Ketika kerumitan batas kaji nampak seakan dunia hutan belantara, lantas masing-masing individu disetiap ujung helai dedaunan
29.5.06
JAWABAN
engkau enggan berkata atas kejadian yang pernah menyentuh kerumunan cinta yang berpijaran. aku masih seperti tangisan, sebenar-benar sosok belum menemukan rangkaian sebenar-benar sosok belum menemukan bayangan. tidak lelah tidak lelah, aku hanya ingin bersandar meninggalkan segala bercak-bercak tertuai menuju kematangan menuju kematangan. dan engkau sesuai bukan lagi-lagi menunggu seperti celoteh di hari menjelang malam ketika kita berdua menikmati luka menikmati luka. aku terlalu liar untuk kau katakan sebagai bangkai, untuk kau katakan sebagai manusia berubah-ubah menuliskan sajak-sajak tanpa arah memetakan sumur permasalahan dan kehausan. lihatlah kedepan, jangan pernah berpaling dari cita-cita perdamaian di seluruh pelosok negri dan berda'wahlah layaknya kekasih kita. dan aku tidak, perjalanan ini terlalu naik turun terlalu naik turun berbelok dan engkau sama sekali tidak akan pernah mengerti hingga ujaran-ujaran menepis hari itu hari yang menjelang malam ketika kita berdua menikmati luka. aku terlalu payah untuk menjadi raja pada tubuhmu terlalu kotor untuk menikmati jamuan terlalu egois untuk kau taklukkan. maka carilah bintang-bintang yang benar-benar bisa menerangimu dikala tangisan menghampiri, dikala tangisan menghampiri. aku belum matang aku belum matang sebenar-benarnya ucapanmu sebenar-benar penantianmu. aku hanya ingin memanjakan kata-kata walaupun memang mereka yang acapkali melukaiku acapkali melukaiku dengan semburat genangan dan berkelompok-kelompok seakan sengaja memberitahukan, ini aku ini aku yang harus kau catat terlebih dahulu. lantas apa hak mereka untuk memaksa bukan justru aku yang mengomandani iringan-iringan sumpah-serapah. bangga hati diperbudak dipermalukan pada pertemuan-pertemuan yang kau gelar bukan hanya untuk acara berkemilauan dan tidak juga untuk menangkap perasaan yang sengaja disodorkan untuk kau kunyah untuk kau kunyah. aku terlalu liar terlalu payah terlalu kotor untuk kau jadikan pangeran mahkota dalam kerajaan hatimu. bukan menampik, ini aku yang luka ini aku yang berdarah menyemati mimpi selalu terbangun oleh kenyataan. dan jika suatu saat mereka mempertanyakan mengapa aku mengumpat masa lalu, maka jawablah maka jawablah. dan kiranya masa depan harus benar-benar berdiri diatas pondasi kejujuran, jujur untuk menghadapi masalah jujur untuk mengatakan ya untuk sesuatu teramini dan tidak untuk sesuatu terbenci. sekarang berjalanlah, jalan yang kau tempuh memang sudah menanti untuk diinjaki dan biarkan aku selalu seperti ini seperti ini. menikmati sepi menikmati cambukan malaikat-malaikat. aku wabah, aku derita dan aku dusta.
Mei '06
engkau enggan berkata atas kejadian yang pernah menyentuh kerumunan cinta yang berpijaran. aku masih seperti tangisan, sebenar-benar sosok belum menemukan rangkaian sebenar-benar sosok belum menemukan bayangan. tidak lelah tidak lelah, aku hanya ingin bersandar meninggalkan segala bercak-bercak tertuai menuju kematangan menuju kematangan. dan engkau sesuai bukan lagi-lagi menunggu seperti celoteh di hari menjelang malam ketika kita berdua menikmati luka menikmati luka. aku terlalu liar untuk kau katakan sebagai bangkai, untuk kau katakan sebagai manusia berubah-ubah menuliskan sajak-sajak tanpa arah memetakan sumur permasalahan dan kehausan. lihatlah kedepan, jangan pernah berpaling dari cita-cita perdamaian di seluruh pelosok negri dan berda'wahlah layaknya kekasih kita. dan aku tidak, perjalanan ini terlalu naik turun terlalu naik turun berbelok dan engkau sama sekali tidak akan pernah mengerti hingga ujaran-ujaran menepis hari itu hari yang menjelang malam ketika kita berdua menikmati luka. aku terlalu payah untuk menjadi raja pada tubuhmu terlalu kotor untuk menikmati jamuan terlalu egois untuk kau taklukkan. maka carilah bintang-bintang yang benar-benar bisa menerangimu dikala tangisan menghampiri, dikala tangisan menghampiri. aku belum matang aku belum matang sebenar-benarnya ucapanmu sebenar-benar penantianmu. aku hanya ingin memanjakan kata-kata walaupun memang mereka yang acapkali melukaiku acapkali melukaiku dengan semburat genangan dan berkelompok-kelompok seakan sengaja memberitahukan, ini aku ini aku yang harus kau catat terlebih dahulu. lantas apa hak mereka untuk memaksa bukan justru aku yang mengomandani iringan-iringan sumpah-serapah. bangga hati diperbudak dipermalukan pada pertemuan-pertemuan yang kau gelar bukan hanya untuk acara berkemilauan dan tidak juga untuk menangkap perasaan yang sengaja disodorkan untuk kau kunyah untuk kau kunyah. aku terlalu liar terlalu payah terlalu kotor untuk kau jadikan pangeran mahkota dalam kerajaan hatimu. bukan menampik, ini aku yang luka ini aku yang berdarah menyemati mimpi selalu terbangun oleh kenyataan. dan jika suatu saat mereka mempertanyakan mengapa aku mengumpat masa lalu, maka jawablah maka jawablah. dan kiranya masa depan harus benar-benar berdiri diatas pondasi kejujuran, jujur untuk menghadapi masalah jujur untuk mengatakan ya untuk sesuatu teramini dan tidak untuk sesuatu terbenci. sekarang berjalanlah, jalan yang kau tempuh memang sudah menanti untuk diinjaki dan biarkan aku selalu seperti ini seperti ini. menikmati sepi menikmati cambukan malaikat-malaikat. aku wabah, aku derita dan aku dusta.
Mei '06
27.5.06
DAN ENGKAU
dan engkau
yang seyogyanya seperti
tugu tegak tak bergerak
dan engkau
mulai bermain dengan
aku yang ingin
dan engkau
limbung oleh waktu
usaha tak berujung
dan engkau
menjauhi sesuatu
tersayat tak tersambut
dan engkau
mulai membenci
pertemuan pertama
dan engkau
bersendiri bertapa
mencari selesa
dan engkau
meratapi nasib
menebang hantu
dan engkau
menjauhi kisi-kisi
keunikan seseorang
dan engkau
terdiam terpusara
oleh air mata berluapan
dan engkau
menyimak kepasrahan
mendua tanpa gubrisan
dan engkau
menepis hiruk-pikuk
bersendirian bertapa
dan engkau
enggan tersentuh
peluh mencair
dan engkau
tak pernah mau dicintai
namun berusaha mencari
dan engkau
merajuk berpapasan
batasan dirobohkan
dan engkau
mencambuki diri
bertikar ujaran
dan engkau
dan aku
dan kejadian
dan resah
dan perbedaan
dan harapan
dan jiwa
meronta
Mei '06
dan engkau
yang seyogyanya seperti
tugu tegak tak bergerak
dan engkau
mulai bermain dengan
aku yang ingin
dan engkau
limbung oleh waktu
usaha tak berujung
dan engkau
menjauhi sesuatu
tersayat tak tersambut
dan engkau
mulai membenci
pertemuan pertama
dan engkau
bersendiri bertapa
mencari selesa
dan engkau
meratapi nasib
menebang hantu
dan engkau
menjauhi kisi-kisi
keunikan seseorang
dan engkau
terdiam terpusara
oleh air mata berluapan
dan engkau
menyimak kepasrahan
mendua tanpa gubrisan
dan engkau
menepis hiruk-pikuk
bersendirian bertapa
dan engkau
enggan tersentuh
peluh mencair
dan engkau
tak pernah mau dicintai
namun berusaha mencari
dan engkau
merajuk berpapasan
batasan dirobohkan
dan engkau
mencambuki diri
bertikar ujaran
dan engkau
dan aku
dan kejadian
dan resah
dan perbedaan
dan harapan
dan jiwa
meronta
Mei '06
SINGKRONISASI
nota tanpa guratan kesepakatan
kemana kepastian bergulir elektronisasi
sedangkan ingin disandarkan emosi
seluruh hati bodi melahap tak bersiulan
kuasa
penantian
nostalgia
lontarkan ke atas pagar empati
gudangkan bersama benang terkumpul
harapan yang meronta laksana jeruji
terisi limbah kesabaran meluap mengepul
tangisan
air mata
tersedu
keadaan tak patut untuk dipersalahkan
topan bergemuruh gedung congkak
bahkan cinta bukan rumah, tapi emperan
dijajakan di pasar-pasar loak
bernafas
bergerak
selaput
air dusta hampir matang ketika api rasa dipadamkan
noda bukan tanpa deterjen pemusnah
pencarian akan segera terhenti pada silabus terhamparkan
maju atau mundur, tak akan pernah
tercatat
terbungkus
rahasia
maka jangan mengumpat ragu
mencaci ketidakcocokan
karena jika dipaksakan tabu
berceloteh mengapa bersama keterisoliran
Mei '06
nota tanpa guratan kesepakatan
kemana kepastian bergulir elektronisasi
sedangkan ingin disandarkan emosi
seluruh hati bodi melahap tak bersiulan
kuasa
penantian
nostalgia
lontarkan ke atas pagar empati
gudangkan bersama benang terkumpul
harapan yang meronta laksana jeruji
terisi limbah kesabaran meluap mengepul
tangisan
air mata
tersedu
keadaan tak patut untuk dipersalahkan
topan bergemuruh gedung congkak
bahkan cinta bukan rumah, tapi emperan
dijajakan di pasar-pasar loak
bernafas
bergerak
selaput
air dusta hampir matang ketika api rasa dipadamkan
noda bukan tanpa deterjen pemusnah
pencarian akan segera terhenti pada silabus terhamparkan
maju atau mundur, tak akan pernah
tercatat
terbungkus
rahasia
maka jangan mengumpat ragu
mencaci ketidakcocokan
karena jika dipaksakan tabu
berceloteh mengapa bersama keterisoliran
Mei '06
9.5.06
BAYANGAN
sisi luar bersapaan
kudapati engkau tergeletak
menyerigai sesuatu tak tersentuh
bertekuk di kehampaan
menyapa tapi tak bergerak
kabut kelu sumpah lusuh
berhenti memuja nisbi
probabilitas
menemukan
tak lagi mencari
perosedur kedigjayaan terhampar
kau menepis, gemilang tersendiri
lagi-lagi peradaban terkapar
dicabik isi kepala ternodai
jiwa yang lelah
hingga hening
diam bersemayam
liang lahat
Mei '06
sisi luar bersapaan
kudapati engkau tergeletak
menyerigai sesuatu tak tersentuh
bertekuk di kehampaan
menyapa tapi tak bergerak
kabut kelu sumpah lusuh
berhenti memuja nisbi
probabilitas
menemukan
tak lagi mencari
perosedur kedigjayaan terhampar
kau menepis, gemilang tersendiri
lagi-lagi peradaban terkapar
dicabik isi kepala ternodai
jiwa yang lelah
hingga hening
diam bersemayam
liang lahat
Mei '06
8.5.06
TERKATUNG
aku menanyaimu
tentang genangan dilumuti
semug cerita batu
sibak idealisme teranuti
aku memelukmu
sejejak gumpalan dituangi
sangkar kebiadaban mendayu
tanpa kepastian berhamburan seguci
garis kemilau kau tarik
bumikan halusinasi bersandar
berkaca gondewa tercabik
dusta atau sesuatu memudar
kau memandangku
kalimat tertahan bisiki seperti
asap yang kuhisap berbau
lempung mengeras disengati
kau menepisku
gelorakan penganut bukan mendua
lara jangan terulang rayu
debu beterbangan serupa
hinggap kembali pada dinding
lekatkan tunggu angin marah
guncangi setengah bersanding
berguguran tanpa hujan basah
tentang lelaki yang kau puja
tersendat air es bergumpalan
suguhi hati tak berjolang luka
dialiri darah, disumpahi berkedipan
kediaman terpuja dewasa
berfikir layak berubah datang
jelmakan keletihan meraksa
seraya tersenyum kau bertandang
ini aku menikmati yang letih
dan letih yang kunikmati
letih
kau mulai bisa bersajak
sudahlah, di depanku pendusta
tenggelamkan segala yang mendekat
harapan berarak
itu kesepian yang kau sulap semesta
hadiri keteledoran tersayat
Mei '06
aku menanyaimu
tentang genangan dilumuti
semug cerita batu
sibak idealisme teranuti
aku memelukmu
sejejak gumpalan dituangi
sangkar kebiadaban mendayu
tanpa kepastian berhamburan seguci
garis kemilau kau tarik
bumikan halusinasi bersandar
berkaca gondewa tercabik
dusta atau sesuatu memudar
kau memandangku
kalimat tertahan bisiki seperti
asap yang kuhisap berbau
lempung mengeras disengati
kau menepisku
gelorakan penganut bukan mendua
lara jangan terulang rayu
debu beterbangan serupa
hinggap kembali pada dinding
lekatkan tunggu angin marah
guncangi setengah bersanding
berguguran tanpa hujan basah
tentang lelaki yang kau puja
tersendat air es bergumpalan
suguhi hati tak berjolang luka
dialiri darah, disumpahi berkedipan
kediaman terpuja dewasa
berfikir layak berubah datang
jelmakan keletihan meraksa
seraya tersenyum kau bertandang
ini aku menikmati yang letih
dan letih yang kunikmati
letih
kau mulai bisa bersajak
sudahlah, di depanku pendusta
tenggelamkan segala yang mendekat
harapan berarak
itu kesepian yang kau sulap semesta
hadiri keteledoran tersayat
Mei '06
PENAKLUK
berburu huruf pada sela emosi. tradisi para pemuja kata. dan biarkanlah gelombang itu terus mengamuk menusuki perjalanan. karena seyogyanya ratapan-ratapan terus meraung digantungi manik pasungan jiwa meronta. lanjut keserakahan digandrungi, pilah-pilih atap diharapkan bukan untuk dinaungi dalam sangkar kebohongan. lelaki tuna netra tuna selera ciduki raungan, makna teringinkan. dia bukan memanen rindu namun tagihi sosok pecinta setia, pembantu manula. pemanut tak bermata turuti ringkikan sayap-sayap kemoceng menggelitik. ribuan suara menyayati kewanitaan antara harap dan diharapkan. terbata ketika mereka membaca pusara buruan yang terkumpul. jinak-menjinaki lumpuh-melumpuhkan, dan irama tersemai sangat datar. bukan rasa, bukan selera, hanya kebuasan mengisi panas mesiu juga ijuk hitam sebagai tali.
Mei '06
berburu huruf pada sela emosi. tradisi para pemuja kata. dan biarkanlah gelombang itu terus mengamuk menusuki perjalanan. karena seyogyanya ratapan-ratapan terus meraung digantungi manik pasungan jiwa meronta. lanjut keserakahan digandrungi, pilah-pilih atap diharapkan bukan untuk dinaungi dalam sangkar kebohongan. lelaki tuna netra tuna selera ciduki raungan, makna teringinkan. dia bukan memanen rindu namun tagihi sosok pecinta setia, pembantu manula. pemanut tak bermata turuti ringkikan sayap-sayap kemoceng menggelitik. ribuan suara menyayati kewanitaan antara harap dan diharapkan. terbata ketika mereka membaca pusara buruan yang terkumpul. jinak-menjinaki lumpuh-melumpuhkan, dan irama tersemai sangat datar. bukan rasa, bukan selera, hanya kebuasan mengisi panas mesiu juga ijuk hitam sebagai tali.
Mei '06
6.5.06
SEPERTI
buka pembicaraan ambang keakuan
merubah jiwa tersungkur tertatih
tentang sosok dan kepribadian
menyulap biru diukur putih
aku memang memuja harapan
hingga rihkih kelopak terpusara
atas tubuh dan sesuatu berluapan
disemati hawa limbung terpenjara
namun bukan putih
seperti syarat tersuguhkan
tapi biru
berceceran enggan menyentuh
melata berjingkrakan di balik layar
dan engkau tahu
menyimak di atas puas bersenyuman
mesti sama-sama diam
kemudian menyesuaikan
bercumbu dengan kesendirian
pribadi diingini
disekati catatan
sehingga ianya terpendam dijejali
aku tidak seperti
namun begini
bergemuruh bermimpi
tak ingin disyarati
palsu dibuat-buat
bertautan tentang asa terjerat
seperti
tidak asli
bukan aku
biru bukan putih
putih teringini
aku biru
tapi aku ingini
engkau berjingkrak
engkau mencari seperti
mesti seperti
bersendirian
Mei '06
buka pembicaraan ambang keakuan
merubah jiwa tersungkur tertatih
tentang sosok dan kepribadian
menyulap biru diukur putih
aku memang memuja harapan
hingga rihkih kelopak terpusara
atas tubuh dan sesuatu berluapan
disemati hawa limbung terpenjara
namun bukan putih
seperti syarat tersuguhkan
tapi biru
berceceran enggan menyentuh
melata berjingkrakan di balik layar
dan engkau tahu
menyimak di atas puas bersenyuman
mesti sama-sama diam
kemudian menyesuaikan
bercumbu dengan kesendirian
pribadi diingini
disekati catatan
sehingga ianya terpendam dijejali
aku tidak seperti
namun begini
bergemuruh bermimpi
tak ingin disyarati
palsu dibuat-buat
bertautan tentang asa terjerat
seperti
tidak asli
bukan aku
biru bukan putih
putih teringini
aku biru
tapi aku ingini
engkau berjingkrak
engkau mencari seperti
mesti seperti
bersendirian
Mei '06
RESONANSI #01
kutikami kemelut yang pernah kusentuh
kau mulai menjauh mengkisi kisi-kisi
lamur jiwaku yang pernah terpasrahkan
kau menikami kata
aku bersetubuh dengannya
menjadi ritual
kularung hati tercarut
malam yang kusetubuhi
menyekati mimpi
sunyi
siapa?
hantu tak bernyali
kantuk tak dikasuri
mengapa?
April '06
kutikami kemelut yang pernah kusentuh
kau mulai menjauh mengkisi kisi-kisi
lamur jiwaku yang pernah terpasrahkan
kau menikami kata
aku bersetubuh dengannya
menjadi ritual
kularung hati tercarut
malam yang kusetubuhi
menyekati mimpi
sunyi
siapa?
hantu tak bernyali
kantuk tak dikasuri
mengapa?
April '06
3.5.06
ABSEN
kerajaan malam bertamu
tagihi jampi terabaikan
sesajen polemik menjamu
hari bersama keresahan
meditasi bukan lagi solusi
mimpi bertautan, mana?
dupa menyala tapi tak lelap
ke gunung hati dipagarkan
pada celoteh membakar
jasa-menjasai, kelakar
tentang prestasi tentang keilmuan
terjebak hayalan
nisbi kitab keranda
sosok tanpa bayang
dinamai unik
jiwa yang terkatung
setengah gila, peminat lirik
kerajaan malam bertamu
menunggu
ritual atau sesajen
Mei '06
kerajaan malam bertamu
tagihi jampi terabaikan
sesajen polemik menjamu
hari bersama keresahan
meditasi bukan lagi solusi
mimpi bertautan, mana?
dupa menyala tapi tak lelap
ke gunung hati dipagarkan
pada celoteh membakar
jasa-menjasai, kelakar
tentang prestasi tentang keilmuan
terjebak hayalan
nisbi kitab keranda
sosok tanpa bayang
dinamai unik
jiwa yang terkatung
setengah gila, peminat lirik
kerajaan malam bertamu
menunggu
ritual atau sesajen
Mei '06
2.5.06
NUSA ANTARA
pulau tak bernama
berserakan, timbul tenggelam
dan batasan tak terlihat
tugu mencusuar berdirian
tanpa alat deteksi
miskin tak terbeli
atau memang sengaja diabaikan
terlunta
rebut-merebut antar tetangga
caci-maki meluapkan dengki
sejarah diungkap, terlambat
mereka tak terurus
berhijrahan ke gedung
karena sangkar lambat berakar
ratakan, ratakan pembangunan
supaya kabupaten kota bermandirian
kecamatan merayakan pesta kenegaraan
dan kapal-kapal pencuri kekayaan laut
siapa yang membuka mata?
ini negara kepulauan
kepulauan yang tak bernamaan
kecuali
besar-besar
Mei '06
pulau tak bernama
berserakan, timbul tenggelam
dan batasan tak terlihat
tugu mencusuar berdirian
tanpa alat deteksi
miskin tak terbeli
atau memang sengaja diabaikan
terlunta
rebut-merebut antar tetangga
caci-maki meluapkan dengki
sejarah diungkap, terlambat
mereka tak terurus
berhijrahan ke gedung
karena sangkar lambat berakar
ratakan, ratakan pembangunan
supaya kabupaten kota bermandirian
kecamatan merayakan pesta kenegaraan
dan kapal-kapal pencuri kekayaan laut
siapa yang membuka mata?
ini negara kepulauan
kepulauan yang tak bernamaan
kecuali
besar-besar
Mei '06
SIAPA PEDULI
tubuh tandus terkapar
menyiangi bahu-bahu jalan
hingga tak bertenaga
terpuruk di pojok terantuk
ringkih, tatap lalu-lalang sejenis
tanpa mengerti
mencemooh
wanita tuna suami
anak tuna bapak
berharap dikasihani
siapa yang bersalah?
kematian
mungkin kematian
dunia tanpa kelaparan
sisi tarik-ulur opini
tak terejawantahkan
katanya dipelihara negara
Undang-undang
delapan ribu perhari, rokok
kami berpenghasilan
sawah, ladang berhamparan
gudang itik, ayam berkokok
bukan harta
kepedulian
kapan?
meratapi nasib
mencaci tuhan
menangisi musibah
mengutuki ketidakadilan
berkaca pada sumpah serapah
dan aku bersajak
seperti mereka beropini
miskin hati
enggan untuk berbuat
siapa menangkisi?
Mei '06
tubuh tandus terkapar
menyiangi bahu-bahu jalan
hingga tak bertenaga
terpuruk di pojok terantuk
ringkih, tatap lalu-lalang sejenis
tanpa mengerti
mencemooh
wanita tuna suami
anak tuna bapak
berharap dikasihani
siapa yang bersalah?
kematian
mungkin kematian
dunia tanpa kelaparan
sisi tarik-ulur opini
tak terejawantahkan
katanya dipelihara negara
Undang-undang
delapan ribu perhari, rokok
kami berpenghasilan
sawah, ladang berhamparan
gudang itik, ayam berkokok
bukan harta
kepedulian
kapan?
meratapi nasib
mencaci tuhan
menangisi musibah
mengutuki ketidakadilan
berkaca pada sumpah serapah
dan aku bersajak
seperti mereka beropini
miskin hati
enggan untuk berbuat
siapa menangkisi?
Mei '06
HINGGA
kampas terjaga
lembaran melata
engkau siapa aku
arakan waktu menunggu
bergulir nol lima nol enam
aku siapa engkau
serius dalam gurau
gurau dalam serius
sembah lampiran kata
mendaki tangga-tangga kemelut
berdiam di penghujung tanya
engkau aku berselimut
palsu
sama-sama sunyi
meneriakan irama hati
pertemuan gersang
lalu kita bertanya, bagaimana?
sama-sama terdiam
memanjatkan ibadat berkepentingan
rayakan hari
lalu kita bertanya, selanjutnya?
tak menyapa
cerita terkuras dikemasi
pada malam-malam dijanjikan
sangsi kesepakatan
dari setengah kepercayan
digelar berita-berita duka
lagu-lagu getir, dusta-dusta
disangkari
cuap ingin dan bosan
engkau siapa aku
menangis lagi
kemudian dipermasalahkan
sakit-menyakiti
tinggal meninggalkan
hingga
Mei '06
kampas terjaga
lembaran melata
engkau siapa aku
arakan waktu menunggu
bergulir nol lima nol enam
aku siapa engkau
serius dalam gurau
gurau dalam serius
sembah lampiran kata
mendaki tangga-tangga kemelut
berdiam di penghujung tanya
engkau aku berselimut
palsu
sama-sama sunyi
meneriakan irama hati
pertemuan gersang
lalu kita bertanya, bagaimana?
sama-sama terdiam
memanjatkan ibadat berkepentingan
rayakan hari
lalu kita bertanya, selanjutnya?
tak menyapa
cerita terkuras dikemasi
pada malam-malam dijanjikan
sangsi kesepakatan
dari setengah kepercayan
digelar berita-berita duka
lagu-lagu getir, dusta-dusta
disangkari
cuap ingin dan bosan
engkau siapa aku
menangis lagi
kemudian dipermasalahkan
sakit-menyakiti
tinggal meninggalkan
hingga
Mei '06
Subscribe to:
Posts (Atom)