29.5.06

PERTANDA

hingga kau pun kutemukan
bukan sebagai bayangan
namun ukiran naluri berjalan
lintasi waktu termangu berpijaran

garis persamaan
nagari selalu semi
tonjolan berluapan
nagari selalu bersuci

wahai roh-roh beterbangan
nuansa baru bersiaplah
wahai roh-roh bertenggeran
nuansa baru bersiaplah

peringatan datang pergi
aceh nias jogja selanjutnya

ini masa sulit
musibah musibah

Mei '06
JAWABAN

engkau enggan berkata atas kejadian yang pernah menyentuh kerumunan cinta yang berpijaran. aku masih seperti tangisan, sebenar-benar sosok belum menemukan rangkaian sebenar-benar sosok belum menemukan bayangan. tidak lelah tidak lelah, aku hanya ingin bersandar meninggalkan segala bercak-bercak tertuai menuju kematangan menuju kematangan. dan engkau sesuai bukan lagi-lagi menunggu seperti celoteh di hari menjelang malam ketika kita berdua menikmati luka menikmati luka. aku terlalu liar untuk kau katakan sebagai bangkai, untuk kau katakan sebagai manusia berubah-ubah menuliskan sajak-sajak tanpa arah memetakan sumur permasalahan dan kehausan. lihatlah kedepan, jangan pernah berpaling dari cita-cita perdamaian di seluruh pelosok negri dan berda'wahlah layaknya kekasih kita. dan aku tidak, perjalanan ini terlalu naik turun terlalu naik turun berbelok dan engkau sama sekali tidak akan pernah mengerti hingga ujaran-ujaran menepis hari itu hari yang menjelang malam ketika kita berdua menikmati luka. aku terlalu payah untuk menjadi raja pada tubuhmu terlalu kotor untuk menikmati jamuan terlalu egois untuk kau taklukkan. maka carilah bintang-bintang yang benar-benar bisa menerangimu dikala tangisan menghampiri, dikala tangisan menghampiri. aku belum matang aku belum matang sebenar-benarnya ucapanmu sebenar-benar penantianmu. aku hanya ingin memanjakan kata-kata walaupun memang mereka yang acapkali melukaiku acapkali melukaiku dengan semburat genangan dan berkelompok-kelompok seakan sengaja memberitahukan, ini aku ini aku yang harus kau catat terlebih dahulu. lantas apa hak mereka untuk memaksa bukan justru aku yang mengomandani iringan-iringan sumpah-serapah. bangga hati diperbudak dipermalukan pada pertemuan-pertemuan yang kau gelar bukan hanya untuk acara berkemilauan dan tidak juga untuk menangkap perasaan yang sengaja disodorkan untuk kau kunyah untuk kau kunyah. aku terlalu liar terlalu payah terlalu kotor untuk kau jadikan pangeran mahkota dalam kerajaan hatimu. bukan menampik, ini aku yang luka ini aku yang berdarah menyemati mimpi selalu terbangun oleh kenyataan. dan jika suatu saat mereka mempertanyakan mengapa aku mengumpat masa lalu, maka jawablah maka jawablah. dan kiranya masa depan harus benar-benar berdiri diatas pondasi kejujuran, jujur untuk menghadapi masalah jujur untuk mengatakan ya untuk sesuatu teramini dan tidak untuk sesuatu terbenci. sekarang berjalanlah, jalan yang kau tempuh memang sudah menanti untuk diinjaki dan biarkan aku selalu seperti ini seperti ini. menikmati sepi menikmati cambukan malaikat-malaikat. aku wabah, aku derita dan aku dusta.

Mei '06
DARURAT

sulit
pelit
susah
resah

bertopeng
membunuh diri
lereng
menanjak mendaki

saling curiga
egois

jalan belakang

Mei '06

27.5.06

RESONANSI #02

aku lelah meracik rindu
padahal laut telah menyediakan
toples persemayaman matahari

aku lelah bertemankan asap
padahal hutan telah menyediakan
angin

aku lelah
padahal

Mei '06
DAN ENGKAU

dan engkau
yang seyogyanya seperti
tugu tegak tak bergerak

dan engkau
mulai bermain dengan
aku yang ingin

dan engkau
limbung oleh waktu
usaha tak berujung

dan engkau
menjauhi sesuatu
tersayat tak tersambut

dan engkau
mulai membenci
pertemuan pertama

dan engkau
bersendiri bertapa
mencari selesa

dan engkau
meratapi nasib
menebang hantu

dan engkau
menjauhi kisi-kisi
keunikan seseorang

dan engkau
terdiam terpusara
oleh air mata berluapan

dan engkau
menyimak kepasrahan
mendua tanpa gubrisan

dan engkau
menepis hiruk-pikuk
bersendirian bertapa

dan engkau
enggan tersentuh
peluh mencair

dan engkau
tak pernah mau dicintai
namun berusaha mencari

dan engkau
merajuk berpapasan
batasan dirobohkan

dan engkau
mencambuki diri
bertikar ujaran

dan engkau

dan aku

dan kejadian

dan resah

dan perbedaan

dan harapan

dan jiwa
meronta

Mei '06
BERTEPUK

wanita terkuat
kandas di hamparan harapan

wanita terhebat
terpuruk di penantian

wanita tertahan
menangis di kehampaan

wanita tersabar
mulai mengikuti keakuan

wanita terluas
dunia berpagaran

wanita ter-asa
luluh lantahkan

wanita terjanji
bertekuk pada waktu berjauhan

Mei '06
SINGKRONISASI

nota tanpa guratan kesepakatan
kemana kepastian bergulir elektronisasi
sedangkan ingin disandarkan emosi
seluruh hati bodi melahap tak bersiulan

kuasa
penantian
nostalgia

lontarkan ke atas pagar empati
gudangkan bersama benang terkumpul
harapan yang meronta laksana jeruji
terisi limbah kesabaran meluap mengepul

tangisan
air mata
tersedu

keadaan tak patut untuk dipersalahkan
topan bergemuruh gedung congkak
bahkan cinta bukan rumah, tapi emperan
dijajakan di pasar-pasar loak

bernafas
bergerak
selaput

air dusta hampir matang ketika api rasa dipadamkan
noda bukan tanpa deterjen pemusnah
pencarian akan segera terhenti pada silabus terhamparkan
maju atau mundur, tak akan pernah

tercatat
terbungkus
rahasia

maka jangan mengumpat ragu
mencaci ketidakcocokan
karena jika dipaksakan tabu
berceloteh mengapa bersama keterisoliran

Mei '06

9.5.06

BAYANGAN

sisi luar bersapaan
kudapati engkau tergeletak
menyerigai sesuatu tak tersentuh
bertekuk di kehampaan
menyapa tapi tak bergerak
kabut kelu sumpah lusuh

berhenti memuja nisbi
probabilitas

menemukan
tak lagi mencari

perosedur kedigjayaan terhampar
kau menepis, gemilang tersendiri
lagi-lagi peradaban terkapar
dicabik isi kepala ternodai

jiwa yang lelah

hingga hening
diam bersemayam

liang lahat

Mei '06

8.5.06

TERKATUNG

aku menanyaimu
tentang genangan dilumuti
semug cerita batu
sibak idealisme teranuti

aku memelukmu
sejejak gumpalan dituangi
sangkar kebiadaban mendayu
tanpa kepastian berhamburan seguci

garis kemilau kau tarik
bumikan halusinasi bersandar
berkaca gondewa tercabik
dusta atau sesuatu memudar

kau memandangku
kalimat tertahan bisiki seperti
asap yang kuhisap berbau
lempung mengeras disengati

kau menepisku
gelorakan penganut bukan mendua
lara jangan terulang rayu
debu beterbangan serupa

hinggap kembali pada dinding
lekatkan tunggu angin marah
guncangi setengah bersanding
berguguran tanpa hujan basah

tentang lelaki yang kau puja
tersendat air es bergumpalan
suguhi hati tak berjolang luka
dialiri darah, disumpahi berkedipan

kediaman terpuja dewasa
berfikir layak berubah datang
jelmakan keletihan meraksa
seraya tersenyum kau bertandang

ini aku menikmati yang letih
dan letih yang kunikmati

letih

kau mulai bisa bersajak
sudahlah, di depanku pendusta
tenggelamkan segala yang mendekat
harapan berarak
itu kesepian yang kau sulap semesta
hadiri keteledoran tersayat

Mei '06
PENAKLUK

berburu huruf pada sela emosi. tradisi para pemuja kata. dan biarkanlah gelombang itu terus mengamuk menusuki perjalanan. karena seyogyanya ratapan-ratapan terus meraung digantungi manik pasungan jiwa meronta. lanjut keserakahan digandrungi, pilah-pilih atap diharapkan bukan untuk dinaungi dalam sangkar kebohongan. lelaki tuna netra tuna selera ciduki raungan, makna teringinkan. dia bukan memanen rindu namun tagihi sosok pecinta setia, pembantu manula. pemanut tak bermata turuti ringkikan sayap-sayap kemoceng menggelitik. ribuan suara menyayati kewanitaan antara harap dan diharapkan. terbata ketika mereka membaca pusara buruan yang terkumpul. jinak-menjinaki lumpuh-melumpuhkan, dan irama tersemai sangat datar. bukan rasa, bukan selera, hanya kebuasan mengisi panas mesiu juga ijuk hitam sebagai tali.

Mei '06

6.5.06

SEPERTI

buka pembicaraan ambang keakuan
merubah jiwa tersungkur tertatih
tentang sosok dan kepribadian
menyulap biru diukur putih

aku memang memuja harapan
hingga rihkih kelopak terpusara
atas tubuh dan sesuatu berluapan
disemati hawa limbung terpenjara

namun bukan putih
seperti syarat tersuguhkan
tapi biru

berceceran enggan menyentuh
melata berjingkrakan di balik layar
dan engkau tahu
menyimak di atas puas bersenyuman

mesti sama-sama diam
kemudian menyesuaikan

bercumbu dengan kesendirian
pribadi diingini
disekati catatan
sehingga ianya terpendam dijejali

aku tidak seperti
namun begini

bergemuruh bermimpi
tak ingin disyarati
palsu dibuat-buat
bertautan tentang asa terjerat

seperti
tidak asli

bukan aku
biru bukan putih
putih teringini
aku biru
tapi aku ingini

engkau berjingkrak
engkau mencari seperti
mesti seperti

bersendirian

Mei '06
RESONANSI #01

kutikami kemelut yang pernah kusentuh
kau mulai menjauh mengkisi kisi-kisi
lamur jiwaku yang pernah terpasrahkan

kau menikami kata
aku bersetubuh dengannya

menjadi ritual

kularung hati tercarut
malam yang kusetubuhi

menyekati mimpi
sunyi

siapa?

hantu tak bernyali
kantuk tak dikasuri

mengapa?

April '06

3.5.06

ABSEN

kerajaan malam bertamu
tagihi jampi terabaikan
sesajen polemik menjamu
hari bersama keresahan

meditasi bukan lagi solusi
mimpi bertautan, mana?
dupa menyala tapi tak lelap

ke gunung hati dipagarkan
pada celoteh membakar
jasa-menjasai, kelakar
tentang prestasi tentang keilmuan

terjebak hayalan
nisbi kitab keranda

sosok tanpa bayang
dinamai unik
jiwa yang terkatung
setengah gila, peminat lirik

kerajaan malam bertamu
menunggu

ritual atau sesajen

Mei '06

2.5.06

NUSA ANTARA

pulau tak bernama
berserakan, timbul tenggelam
dan batasan tak terlihat

tugu mencusuar berdirian
tanpa alat deteksi
miskin tak terbeli
atau memang sengaja diabaikan

terlunta

rebut-merebut antar tetangga
caci-maki meluapkan dengki
sejarah diungkap, terlambat
mereka tak terurus

berhijrahan ke gedung
karena sangkar lambat berakar
ratakan, ratakan pembangunan
supaya kabupaten kota bermandirian
kecamatan merayakan pesta kenegaraan

dan kapal-kapal pencuri kekayaan laut
siapa yang membuka mata?

ini negara kepulauan
kepulauan yang tak bernamaan

kecuali
besar-besar

Mei '06
SIAPA PEDULI

tubuh tandus terkapar
menyiangi bahu-bahu jalan
hingga tak bertenaga
terpuruk di pojok terantuk
ringkih, tatap lalu-lalang sejenis

tanpa mengerti
mencemooh

wanita tuna suami
anak tuna bapak
berharap dikasihani
siapa yang bersalah?

kematian
mungkin kematian

dunia tanpa kelaparan
sisi tarik-ulur opini
tak terejawantahkan
katanya dipelihara negara

Undang-undang

delapan ribu perhari, rokok
kami berpenghasilan
sawah, ladang berhamparan
gudang itik, ayam berkokok

bukan harta
kepedulian
kapan?

meratapi nasib
mencaci tuhan
menangisi musibah
mengutuki ketidakadilan
berkaca pada sumpah serapah

dan aku bersajak
seperti mereka beropini

miskin hati
enggan untuk berbuat
siapa menangkisi?

Mei '06
HINGGA

kampas terjaga
lembaran melata
engkau siapa aku

arakan waktu menunggu
bergulir nol lima nol enam
aku siapa engkau

serius dalam gurau
gurau dalam serius

sembah lampiran kata
mendaki tangga-tangga kemelut
berdiam di penghujung tanya
engkau aku berselimut

palsu

sama-sama sunyi
meneriakan irama hati
pertemuan gersang
lalu kita bertanya, bagaimana?

sama-sama terdiam
memanjatkan ibadat berkepentingan
rayakan hari
lalu kita bertanya, selanjutnya?

tak menyapa

cerita terkuras dikemasi
pada malam-malam dijanjikan
sangsi kesepakatan
dari setengah kepercayan
digelar berita-berita duka
lagu-lagu getir, dusta-dusta

disangkari
cuap ingin dan bosan

engkau siapa aku

menangis lagi
kemudian dipermasalahkan
sakit-menyakiti
tinggal meninggalkan

hingga

Mei '06