25.4.06

KOSONG

mencari tak bercacat
dalam sekat kerancuan
siapa yang terkatung

pesan singkat gombal
didik kita menjadi penakut
bahagia sedih lamur
berubah menjadi tanya

kapan bergetar setelah kosong
meracuni kemanusiaan wajar

hati tanpa dendam
dan ketika akut tak merasai
ingin hadirkan intonasi
ritma bergejolak, masih akut tak dendam

belum tertemui yang meluruhkan
hanya singgah saja kemudian bias
pahatkan arakan bait
namun kembali bermeditasi, kosong

Apil '06
PLURAL

dunia meraksa selaksa jiwa
terus beropini tentang perubahan
berkesinambungan antara jeda-jeda
tercipta biru, tercipta ragu, berfusi

jenis-jenis berseliweran
atas tempat, idealisme, ikat-mengikat
mempertahankan yang menguntungkan
mengecam yang merugikan

kemudian kita meniru, serupa tabu
namun mencari baik disela buruk
dan benda-benda diciptakan
untuk peperangan itu, mereka benda

antara besar, kuat, kaya, raja
dan kecil, lemah, miskin, rakyat jelata
mencari tertinggi menenggelamkan terendah
dan perjalanan terus seperti itu

karena ini dunia
selalu mengenal perbedaan
diantara kesamaan
disela-sela rasa yang meronta

pembunuhan-pembunuhan terorganisir
sejarah terulang-ulang

kumpulan preman menarik pungutan
kesatuan polisi mengumpulkan pajak
sama-sama dengan dalih keamanan

memberikan tanpa meminta
bisakah?

defisit

lagu-lagu cinta kasih
dendang menolong sesama
menggema setiap detik
tempat-tempat ibadat terpadati
penyesalan atas segala kesalahan

namun dilakukan lagi
sejarah terulang-ulang
beda dan atau sama bentuk
berganti orang yang menganut

dan waktu yang terus berjalan
kembali menciptakan ikat-mengikat
hitam, putih, sawo matang
asia, amerika, eropa, afrika, australia
islam, kristen, yahudi, hindu, budha
sunda, jawa, betawi, batak, minang
gradasi-gradasi yang nyata.

menjatuhkan yang sangat kuat
karena potensial untuk berbuat seenaknya
dengan kumpulan lemah-lemah
hingga cukup kuat

bergesekan lagi
redam lagi
bergesekan lagi
redam lagi

April '06

19.4.06

AKU RAKUS

aku lakukan lagi, berjiwa besar
pada tangga sendu berkelakar
terpuruk mengisi arakan samar
sedikit melepas ingin di sadar

aku menangis lagi, cengeng
sangat lembek di tiang kedigjayaan
lakonan yang muram, lusuh mengerang
menjadi air mata, menjadi kepedihan

aku ingin memiliki, rakus
lukiskan bunga-bunga yang meronta
seakan tersenyum, padahal tertawa
lupakan wanita yang kubungkus

aku ingin diam, bersemedi
aku tersungkur lagi, berkomedi
rakus, rakus, rakus
mereka mengelusku publikasikan halus

menikam
mencemooh dalam diam.

April '06
BARIS ALUR

sangkar kemelut, bias di istana
tatap lekat, mereka menyanjung api
berhamburan dalam hati tercarut

ini kumunitas mengedepandan kualitas
namun disamarkan kedukaan tersekat
bahkan di kelok menggusur jalan-jalan
antara bis kota dan pengendara bersendiri

kelompok pongah melibas rasa
sebesar kesyukuran, puas terasai

berbalik cara memandang
kantor dan emperan sama
sebanyak andil mengolah kuasa
tetap bergejolak, memang harus berundak

dikolonikan keseimbangan sejenis
pecatur yang terseret nista
masih di gradasi status-status sosial
istirahatlah sejenak, nikmati hidup.

April '06

13.4.06

RUMAH [ini rumah] MU

seperti rumahmu terutarakan
kamu mereka satu, satu suku
satu bahasa ibu

ini memang rumahmu
rumah yang selalu ada bayangmu
yang kau tahu hanya nyata
maya terisolir, kau merasa?

aku selalu seperti ini, hampa
pada pengembaraan sekat-sekat asa
pecundang bermuka dua
lelaki bersama letih, bernyawa

lantas kau terdiam, menanak harap
atau hanya sekedar lepaskan penat
tak tersentuh jiwa yang meratap
seperti ini, seperti rumahmu yang pekat

kita bergumul dan cinta tak tersemai
ini rumahmu, rumah yang selalu ada bayangmu

April '06
JANJI [yang] SAMAR

aku mulai menghisap lagi
menghisap gulungan-gulungan lapuk
nikmatilah seperti ini
seperti setengah terantuk

katamu kau akan menunggu
menunggu di halte pagutan pertama
kemana jiwa tersungkur di sampingmu
disamping tawa-tawa berjelaga

tikami kelakar melodi tak terpatri
sekedar menguapkan getar emosi
beredar, telusuri apa yang kau ingini
namun tak berkata, bungkam kaca menyekati

redam, sangat redam dan intonasi tak bergetar
kau menunggu kiranya akan tetap berkelakar
sepeti itu, seperti janji yang samar

aku tetap disini
di halte pagutan pertama
tak bergerak
apalagi berpindah halte
seperti yang kau bayangkan

aku tetap menunggu
hingga tak bergetar

kapan?

April '06
RINDU KALA DALAM PADU

I.

Bersama hadirnya samar bayangmu
Ianya adalah angan menyambut semi
Senyumu kala fajar
Bak perjalanan kerang
Di atas pepasir mimpi
Yang merindukan
Hadir sambutan naluri
Pecinta pada kegalauan petang.

II.

Layaknya secangkir teh
Yang kunikmati malam ini
Begitupun kehadiran bayangmu
Dalam malamku
Walaupun tak tersambut
Namun ianya akan terus
Bersemi entah sampai kapan.

Tercarut, April '06
SEBAB AKIBAT

bergerak dalam duapuluhlima kenabian, selaras mutasi baikburuk penyangga kehidupan terlewati. Tahu, sadar, menyadari, tolak ukur aku kamu diuntungrugi bergejolak bersama pilihmemilih. ia sesuai budaya pasangsurut menurut idealisme dianut beruruturutan tersebut. jangan pernah bertanya mengapa tercipta tegangmenegang antara musa dan fir'aun, mereka dihidupkan untuk hidup selagi bernafaskan jiwaraga satu. Lantas kita tetap memilih setelah menilik, bukan diam namun terpaksa. Itu kejujuran yang berkilauan diambang temali keterikatan. Menghapuskan sebab sebuah akibat, berarti menciptakan sebab untuk akibat yang baru. bisakah kita menentukan sebuah akibat dengan pasti dari sebuah sebab yang ditentukan? maka berjalanlah dengan seluruh kesadaran dan sinambung perhatian. kita masih meniruniru opini dari budaya yang telah akut diejawantahkan, bahkan acapkali lalai untuk menyadari sebuah kesinambungan sebab, penyebab, akibat, pengakibat.

April '06