Aku Ingin Sepi
Biarkan sepi menari gemulai jejari walaupun hanya dalam pengejaran mimpi berganti. Relakan ia setubuhi sunyi campakan gegaduh gemuruh lajunya waktu berganti. Tanamkan sendiri di sesamping pemakaman sepi dan sunyi. Biarkan mereka selalu bersanding mengisi sendi-sendi pelangi. Kerang gemintang melintang terang disetiap apa-apa kemujung menggetarkan bumi mencabik-cabik mentari merindukan semi. Aku jamuan temaram dalam gemilang bekam nanah anyir semerbak pada pancaran sesinar penantian yang menggulung pita-pita jingga setiap senja. Aku ingin sepi, sunyi dan sendiri selalu bersemi.
SeribuMenara, 250604
Ketika kerumitan batas kaji nampak seakan dunia hutan belantara, lantas masing-masing individu disetiap ujung helai dedaunan
26.6.04
Suaramu Dalam Sepi
gemericiknya desah nafasmu sayup kudengar mengetuk bilik pertapaanku menjelang fajar, mengguncangkan mimpiku untuk sebuah persinggahan buram suram membuatku kembali menyanyi lagu-lagu kematian menari gemulai pergolakan gelora dan pengejaran waktu. selalu kudamba tangisan rembulan menetesi amukan ombak, namun akupun takut padang asin laut merenggut hatiku, anganku tenggelam dalam ragamnya mahluk-mahluk tanpa hati. Tidak! biarkan aku sendiri memanjakan keluguan pelangi yang selalu menemaniku setelah gerimis usai.
SeribuMenara, 250604
gemericiknya desah nafasmu sayup kudengar mengetuk bilik pertapaanku menjelang fajar, mengguncangkan mimpiku untuk sebuah persinggahan buram suram membuatku kembali menyanyi lagu-lagu kematian menari gemulai pergolakan gelora dan pengejaran waktu. selalu kudamba tangisan rembulan menetesi amukan ombak, namun akupun takut padang asin laut merenggut hatiku, anganku tenggelam dalam ragamnya mahluk-mahluk tanpa hati. Tidak! biarkan aku sendiri memanjakan keluguan pelangi yang selalu menemaniku setelah gerimis usai.
SeribuMenara, 250604
16.5.04
ANGAN
lajunya kemerahan senja diatas cakrawala
seakan menghantarku pada usangnya waktu
terlewati bersama tarian angan dan gemulainya
sentuhan ruang sanubarimu yang berserakan harap
gemuruhnya lautan mengingatkanku kembali
akan mekarnya senyum dan ratapan matamu
dalam penjara-penjara asa di mimpi
mencari celah persinggahan abadi
dan aku bersama riangnya nyanyian camar
di pelataran pesisir rindu dan waktu
tak bosan menyapa angin timur untuk
titipkan setangkai rindu
kalaulah bukan perjalanan cita
niscaya aku kan terbang demi cintaku
kemudian kuperintahkan rembulan
segera menjemput senja
seribumenara, 160504
lajunya kemerahan senja diatas cakrawala
seakan menghantarku pada usangnya waktu
terlewati bersama tarian angan dan gemulainya
sentuhan ruang sanubarimu yang berserakan harap
gemuruhnya lautan mengingatkanku kembali
akan mekarnya senyum dan ratapan matamu
dalam penjara-penjara asa di mimpi
mencari celah persinggahan abadi
dan aku bersama riangnya nyanyian camar
di pelataran pesisir rindu dan waktu
tak bosan menyapa angin timur untuk
titipkan setangkai rindu
kalaulah bukan perjalanan cita
niscaya aku kan terbang demi cintaku
kemudian kuperintahkan rembulan
segera menjemput senja
seribumenara, 160504
11.5.04
KENAPA HARUS TUHAN
Kembali kutanyakan mengapa harus bertuhan
keberadaanNYA justru malah memeperkeruh keadaan
perang, bunuh-membunuh, kekejian
bukankah itu karena kita tidak satu tuhan
Kembali kau utarakan, setiap ada ciptaan pasti ada yang menciptakan. Namun adakah tuhan menyuruh ciptaanNYA untuk saling membunuh dengan selaksa kekejian.
Bukan seperti itu, kau utarakan
bahkan tuhan telah dipenjarakan
pada lembaran-lembaran keabadian
disetiap jaman "atas nama tuhan"
Kembali kubaca slogan
bahwa yang kita miliki adalah titipan tuhan
ah, sebaiknya lebih baik kita tidak diciptakan
jika hanya untuk sebuah pembunuhan
Lalu dimana sebenarnya tuhan bersemayam
ingin sekali kupertanyakan sebuah kebenaran yang selama ini selalu diperebutkan oleh mereka yang menganggap mereka benar, entah itu mengakui kebenaran orang lain ataupun tiada kebenaran selain yang mereka akui BENAR, sebab jika kupertanyakan kepada ciptaanNYA, mereka pasti mengusung apa yang selama ini mereka pelajari dan mereka yakini
Tolong berikan aku satu jawaban,
Mengapaharustuhanjikauntukpembunuhan
seribumenara, 110504
Kembali kutanyakan mengapa harus bertuhan
keberadaanNYA justru malah memeperkeruh keadaan
perang, bunuh-membunuh, kekejian
bukankah itu karena kita tidak satu tuhan
Kembali kau utarakan, setiap ada ciptaan pasti ada yang menciptakan. Namun adakah tuhan menyuruh ciptaanNYA untuk saling membunuh dengan selaksa kekejian.
Bukan seperti itu, kau utarakan
bahkan tuhan telah dipenjarakan
pada lembaran-lembaran keabadian
disetiap jaman "atas nama tuhan"
Kembali kubaca slogan
bahwa yang kita miliki adalah titipan tuhan
ah, sebaiknya lebih baik kita tidak diciptakan
jika hanya untuk sebuah pembunuhan
Lalu dimana sebenarnya tuhan bersemayam
ingin sekali kupertanyakan sebuah kebenaran yang selama ini selalu diperebutkan oleh mereka yang menganggap mereka benar, entah itu mengakui kebenaran orang lain ataupun tiada kebenaran selain yang mereka akui BENAR, sebab jika kupertanyakan kepada ciptaanNYA, mereka pasti mengusung apa yang selama ini mereka pelajari dan mereka yakini
Tolong berikan aku satu jawaban,
Mengapaharustuhanjikauntukpembunuhan
seribumenara, 110504
27.4.04
Tambatan Kata
kembali kutanggalkan jangkar-jangkar jemariku
pada pusara penjara-penjara bilik lara berabu
singgah dan menari bersama kawanan bebuku rindu
ingin rasanya melahap lagi hening kebisuan
atau setidaknya sedikit saja sempalan peraduan
menggapaimu memang tidak lagi sesusah dulu
menunggu pertahun untuk melengkapi kelabu padu
sekarang cukuplah setahun dua kali
wujudkan kerinduan lepaskan angan tak bertepi
kembali kutambatkan kata dalam dermaga kebisuan
bisu, sebisu hasratku akan tetatih asih keraguan
menghantarku kembali pada ombak-ombak tak henti
tinggalkan kata di kelambu senja
seribumenara, 240404
kembali kutanggalkan jangkar-jangkar jemariku
pada pusara penjara-penjara bilik lara berabu
singgah dan menari bersama kawanan bebuku rindu
ingin rasanya melahap lagi hening kebisuan
atau setidaknya sedikit saja sempalan peraduan
menggapaimu memang tidak lagi sesusah dulu
menunggu pertahun untuk melengkapi kelabu padu
sekarang cukuplah setahun dua kali
wujudkan kerinduan lepaskan angan tak bertepi
kembali kutambatkan kata dalam dermaga kebisuan
bisu, sebisu hasratku akan tetatih asih keraguan
menghantarku kembali pada ombak-ombak tak henti
tinggalkan kata di kelambu senja
seribumenara, 240404
2.4.04
KELUHKU PADA KEADAAN
Telah kusematkan di bibir-bibir angan
akan perjalanan rasa yang terus mengalir
menyusup ke sela pori perlahan
lalu tular menular dari setiap sentuhan
merasuk selaksa warna pada kampas kekosongan jiwa
terbawa bersamanya ribuan tetatih asih
bergentayangan bak roh-roh yang haus
akan persinggahan dan persemayaman abadi
tercecer bagai cabikan-cabikan penantian
serta keluh kesah yang tak kunjung reda
di kemuning menjelang senja pada peraduannya
aku dan belasan hari yang terlewati
adalah angan yang tercampakan
di pelataran-pelataran mimpi
atau setidaknya pada suguhan
jemari dan pundak-pundak mentari
yang mulai menunduk menjemput pekat
Mengapa, merupakan kata yang digunakan
untuk bertanya, namun mengapa dan mengapa
kadang kugunakan untuk menyalahkan
mengapa mereka bilang keadaanya yang
memang kurang kondusif untuk ungkapkan
ini semua walaupun hanya melalui
sandi-sandi usang terulang-ulang
Hahaha....
lihat! lihat disana orang-orang yang
menganggap dirinya suci berjikrak-jikrak
mengikuti irama musik menari terseok-seok
bahkan diselimuti kehawatiran terungkapnya
kedok-kedok getaran halus yang memenuhi
dawai-dawai dan bilik-bilik tipis melangit
bersembunyi dalam jubah-jubah yang mereka
namakan agama, menjadikannya tameng
lalu diusung pada pohon-pohon kedigjayaan
inilah punyaku itu punyamu, dan karena
yang ada padaku aku rasa kurang, maka
yang ada padamu harus kamu serahkan demi
kesempurnaan dan kelancaran sirkulasi serta
keabadian yang selama ini kami idam-idamkan
Lihat! lihatlah wahai pecinta penglihatan
mereka bunuh-membunuh, bunuhlah! bunuhlah!
bunuh yang tidak sepaham dan seralas atau
bahkan bertentangan dan menghalangi apa
yang selama ini kamu kejar dan cita-citakan
jadilah terbaik dari selaksa baik
dari ujung barat ke ujung timur
ujung utara ke ujung selatan, tancapkan
umbul-umbul kebesaranmu sebarkan hingga ke negri
yang konon disetiap awal tahunnya dituruni
salju-salju putih bersih atau ke negri-negri
yang kata orang tanahnya berwarna kuning muda
tancapkan! tancapkan lagi! ayo, jangan pernah
menyerah karena kamu adalah raja diraja
Hari pertama memang kita sama-sama tidak
mengerti kerling mata satu sama lain, bahkan
hingga belasan hari itu terlewati kita masih
tidak mengerti makna yang terselubung dalam
kabel-kabel angan yang terselubung dan terhubung
pada monitor-monitor animasi, atau layar-layar
sentuh. Tapi hari itu entah hari keberapa
pundakku tak sengaja menyentuh ujung pepundakmu
yang lembut, kaupun terdiam tak mau menggeser
aku tidak tahu apa maknanya ini, yang aku mengerti
hanya getaran dan detupan jantungku yang kian
cepat untuk memompa laju darah lebih cepat lagi
mengikuti saluran arteri dan sungsum tulang belakang
lalu memutar di kemujung jejari kaki,tangan dan
kepala untuk kemudian berbalik arah kembali
ke jantung dan begitu seterusnya hingga ianya
tak lagi mampu menyerap oksigen sebagai pencuri
karbon, kemudian berhembus ke dedaunan.
Cukuplah hingga disini saja, tak perlu diteruskan
tanahnya belum begitu subur untuk merawat
bebunga taman impian itu walaupun masih ada
kemungkinan enol koma enol satu persen.
Cairo, 2 April 2004
Telah kusematkan di bibir-bibir angan
akan perjalanan rasa yang terus mengalir
menyusup ke sela pori perlahan
lalu tular menular dari setiap sentuhan
merasuk selaksa warna pada kampas kekosongan jiwa
terbawa bersamanya ribuan tetatih asih
bergentayangan bak roh-roh yang haus
akan persinggahan dan persemayaman abadi
tercecer bagai cabikan-cabikan penantian
serta keluh kesah yang tak kunjung reda
di kemuning menjelang senja pada peraduannya
aku dan belasan hari yang terlewati
adalah angan yang tercampakan
di pelataran-pelataran mimpi
atau setidaknya pada suguhan
jemari dan pundak-pundak mentari
yang mulai menunduk menjemput pekat
Mengapa, merupakan kata yang digunakan
untuk bertanya, namun mengapa dan mengapa
kadang kugunakan untuk menyalahkan
mengapa mereka bilang keadaanya yang
memang kurang kondusif untuk ungkapkan
ini semua walaupun hanya melalui
sandi-sandi usang terulang-ulang
Hahaha....
lihat! lihat disana orang-orang yang
menganggap dirinya suci berjikrak-jikrak
mengikuti irama musik menari terseok-seok
bahkan diselimuti kehawatiran terungkapnya
kedok-kedok getaran halus yang memenuhi
dawai-dawai dan bilik-bilik tipis melangit
bersembunyi dalam jubah-jubah yang mereka
namakan agama, menjadikannya tameng
lalu diusung pada pohon-pohon kedigjayaan
inilah punyaku itu punyamu, dan karena
yang ada padaku aku rasa kurang, maka
yang ada padamu harus kamu serahkan demi
kesempurnaan dan kelancaran sirkulasi serta
keabadian yang selama ini kami idam-idamkan
Lihat! lihatlah wahai pecinta penglihatan
mereka bunuh-membunuh, bunuhlah! bunuhlah!
bunuh yang tidak sepaham dan seralas atau
bahkan bertentangan dan menghalangi apa
yang selama ini kamu kejar dan cita-citakan
jadilah terbaik dari selaksa baik
dari ujung barat ke ujung timur
ujung utara ke ujung selatan, tancapkan
umbul-umbul kebesaranmu sebarkan hingga ke negri
yang konon disetiap awal tahunnya dituruni
salju-salju putih bersih atau ke negri-negri
yang kata orang tanahnya berwarna kuning muda
tancapkan! tancapkan lagi! ayo, jangan pernah
menyerah karena kamu adalah raja diraja
Hari pertama memang kita sama-sama tidak
mengerti kerling mata satu sama lain, bahkan
hingga belasan hari itu terlewati kita masih
tidak mengerti makna yang terselubung dalam
kabel-kabel angan yang terselubung dan terhubung
pada monitor-monitor animasi, atau layar-layar
sentuh. Tapi hari itu entah hari keberapa
pundakku tak sengaja menyentuh ujung pepundakmu
yang lembut, kaupun terdiam tak mau menggeser
aku tidak tahu apa maknanya ini, yang aku mengerti
hanya getaran dan detupan jantungku yang kian
cepat untuk memompa laju darah lebih cepat lagi
mengikuti saluran arteri dan sungsum tulang belakang
lalu memutar di kemujung jejari kaki,tangan dan
kepala untuk kemudian berbalik arah kembali
ke jantung dan begitu seterusnya hingga ianya
tak lagi mampu menyerap oksigen sebagai pencuri
karbon, kemudian berhembus ke dedaunan.
Cukuplah hingga disini saja, tak perlu diteruskan
tanahnya belum begitu subur untuk merawat
bebunga taman impian itu walaupun masih ada
kemungkinan enol koma enol satu persen.
Cairo, 2 April 2004
8.2.04
Akumuitu
Ada sedikit kelembutan menyapa temulang harap di setiap sandaran tetiang cita yang terbungkus rapi dibalik senyum tangis itu, setidaknya seperdelapan kekerasan hati yang seakan enggan menyaksikan apa yang ada dibalik perjalanannya, kemudian meluas bak pesisir angan yang terhempas oleh jarak dan waktu membentang diantara keduanya karang-karang karam dan bersujud menyerah kepada tamparan ombak tak henti menjelang senja.
Anak adam bersama setiap lakonnanya adalah hukum alam yang takan terpisahkan, kadang bersandar pada dermaganya labuhan cemas atau bahagia pun sayatan-sayatan mengiris. bersamanya kubawa kepegunungan dan pepantai rindu lalu kuceritakan pada kawanan pipit pesawahan.
Ada sedikit kelembutan menyapa temulang harap di setiap sandaran tetiang cita yang terbungkus rapi dibalik senyum tangis itu, setidaknya seperdelapan kekerasan hati yang seakan enggan menyaksikan apa yang ada dibalik perjalanannya, kemudian meluas bak pesisir angan yang terhempas oleh jarak dan waktu membentang diantara keduanya karang-karang karam dan bersujud menyerah kepada tamparan ombak tak henti menjelang senja.
Anak adam bersama setiap lakonnanya adalah hukum alam yang takan terpisahkan, kadang bersandar pada dermaganya labuhan cemas atau bahagia pun sayatan-sayatan mengiris. bersamanya kubawa kepegunungan dan pepantai rindu lalu kuceritakan pada kawanan pipit pesawahan.
3.1.04
I
Diatas tidak sombong
dibawah tidak kecil hati
senang tidak lupa
sedih tidak sakit
Seperti pengembala
hina dimata orang
indah dipandang sipintar
atau seperti mentari
tak penah minta balas budi
kepada setiap yang ia beri
II
Bersama yang baru
tidak lupa yang lama
cita-cita adalah keinginan
maka ianya seperti napsu
takan ada akhir untuk pengejarannya
namun manusia tanpa cita
adalah patung bernapas
Bersama rindu wajar adanya
layaknya air mencari tempat
terendah di setiap alirannya
Menjaga harga diri
layaknya menjaga kesehatan
apabila dicampuri ambisi
atau ingin dikata mulia
ianya telah terkontaminasi
tanpa keiklasan tanpa ketulusan
III
Hari ini adalah jum'at
perlahan kudengar khutbah
berkumandang disetiap masjid
bersautan tentang negara
yang tertindas dilanda perang
atau lebih tepat disuguhi
serangan peluru dan bom
bukan, bukan karena aku seagama
lantas aku merasa iba
namun karena aku juga manusia
aku juga ingin melihat damai
mengapa kita harus saling membenci
karna kita tidak seagama
karna kita tidak senegara
karna kita tidak sependapat
bukankah ada jalan keluarnya
selain perang, selain darah
selain saling membenci
Cairo, 02 Jan 03
Diatas tidak sombong
dibawah tidak kecil hati
senang tidak lupa
sedih tidak sakit
Seperti pengembala
hina dimata orang
indah dipandang sipintar
atau seperti mentari
tak penah minta balas budi
kepada setiap yang ia beri
II
Bersama yang baru
tidak lupa yang lama
cita-cita adalah keinginan
maka ianya seperti napsu
takan ada akhir untuk pengejarannya
namun manusia tanpa cita
adalah patung bernapas
Bersama rindu wajar adanya
layaknya air mencari tempat
terendah di setiap alirannya
Menjaga harga diri
layaknya menjaga kesehatan
apabila dicampuri ambisi
atau ingin dikata mulia
ianya telah terkontaminasi
tanpa keiklasan tanpa ketulusan
III
Hari ini adalah jum'at
perlahan kudengar khutbah
berkumandang disetiap masjid
bersautan tentang negara
yang tertindas dilanda perang
atau lebih tepat disuguhi
serangan peluru dan bom
bukan, bukan karena aku seagama
lantas aku merasa iba
namun karena aku juga manusia
aku juga ingin melihat damai
mengapa kita harus saling membenci
karna kita tidak seagama
karna kita tidak senegara
karna kita tidak sependapat
bukankah ada jalan keluarnya
selain perang, selain darah
selain saling membenci
Cairo, 02 Jan 03
Subscribe to:
Posts (Atom)