Weblogmu
Dinda...
Ianya adalah angan yang tercabik malam ini
perlahan kuaktifkan MIRC via dial up disana
PsyBnc menanti dengan setaway URLmu
sengaja publikasikan awanan kusam pilu
Hari menjelang Ramadhan bisu
sebisu hasratku akan tetatih asih
terajut bersama janji manipulasimu
sebisu remang teras naluri dibilik lara
Dinda....
Ianya adalah tetanya terus menghantui
adamu adalah misteri pelataran nyeriku
melekat pada weblogmu jejawab sms ulang tahun
mewarnai jingga kelambu lelapku
Namamu luna hasratku padamu
melukiskan sebagian sajak perjalanan asa
Ianya teramat berharga untuk dilupakan
seharga sayap cintaku padamu
Cairo, 24 Oct 03
Wahai Nuraniku
Kepadamu kusampaikan wahai nuraniku
digemuruhnya amarah adalah cinta pada persemaian
melekat dalam jinggamu merah kala dalam padu
kalaulah tak kau sebarkan ilalang pertemuan itu
hilir mudiknya lebah mungkin takan terundang menyapa
malam ini kuraih pena diruang lobi kekosonganmu
sengaja menghantar genangan kata menyekap setiap pori rinduku
menenggelamkan bahtera penantianku menyambut pagi
dinegri kinanah ini kunanti rinduku kala dalam satu
kepadamu rembulan kusampaikan awanan laraku
mengalir perlahan menuju persinggahan rayuku
cairo, 20 oct 2003
Diujung Senja
manusia bersama kelam diujung senja
menemani congkak perjalanan waktu menanti malam
aku terbaring menatap jingga bebatuan cinta
menerawang dinanti petang berselimut awan harap
beribu hela kosong terhembus sela lipatan maya
menggambarmu pudar diungu padu kita terhempas fatroh
dalam pengabdian menanti rembulan berganti
kamukah itu bersama pelataran mimpi
aku takut jeda mematahkan setiap tulang rinduku
menyayat sepi irisan batu kala dalam satu
lalu membiarkanmu memadu rajutan harap perlahan
kamukah itu dirundung jelaga cemas
dalam remang kelakar kenangan serpihan malam
disini dalam ruangan tiga kali empat
terbang bersama angan lelah bersandar
kamukah itu bercumbu dengan waktu dinanti
Cairo, 15 Oct 2003
Ketika kerumitan batas kaji nampak seakan dunia hutan belantara, lantas masing-masing individu disetiap ujung helai dedaunan
23.10.03
20.8.03
Rindupadu tak tercungkil
persemaian tak lagi mengering disapu hujan
menyalibku dalam gamang sepoi mengetam satusatu
seakan menantimu pudar ditelan cakrawala
sms jelang tidur enggankah hampiri pusara kamarmu
sekedar sampaikan rindu padu tak tercungkil
mengiris-ngiris lamunan memeras jantung
mungkin sudah ditelan hiruk pikuk pengguna ICQ
pulsaku sekarat tak lagi mumpuni salurkan rindu
hurup akhirnya meletus terhalang kurcaci-kurcaci padang pasir
yang mengganggu setiap lenggutku membangunkan setiap kantuku
mengisi lembaran-lembaran kutulis tanpa pena
tak apalah terbuang, berserakan di juru-juru
daripada menyiksa memenuhi hardisk naluriku
sudah bosankah jolangmu menampung asaku
sudah padamkah obormu menemani gelap jalanku
disana masih pekat sayang
disana ayam belum berkokok
Cairo, 20 Agt 03
Asa Patah
perasanku tumpah tercecer dilantai
mengerang menanti persinggahan
mengaduh menjelma iblis menakutkan
membuatku gundah tak bisa tidur
tangisku bekam tawaku semu malamku mencekik
rinduku beku tak tersalurkan
cintaku tak terbalaskan
hanya bingung menimpa mengiba-ngiba
menanti peluh rata tanpa kasta
lamalama aku bisa gila mencintaimu
lamalama aku bisa stres memujamu
lamalama aku terkapar merindumu
lantas mengapa semuanya jadi samar
seakan mengiring damar dalam remang malam
terangku tak bisa lagi menerobos dindingmu
telalu banyak cahaya disana
sinarku tak lagi mampu menyapa jiwamu
banyak yang terseret disana
menanti lembutmu mencari harum paras mu
sayang, banyak kata terbunuh hari ini
membaur tak jelas entah kemana setiap hurupnya beterbangan
ya, rangkaian bunga duka untuk hatiku yang makin membugang
menyentak melembut memecah dalam padu rindu kesal ragu
kadang dadaku terbakar, mencari kalimat kabur tanpa pamit
kemaren bangau itu menyapaku, mengajaku berkeliling
kemudian bercerita tentang alamnya yang tak lagi dibebani rindu
Cairo, 20 Agt 03
Kangen
kangen itu tak jadi jaminan tuk menyendiri
membiarkan jiwa dibawa si buah hati
suatu saat kan melayang dibopong orang lalu
ketika semuanya sepi ketika semuanya hening
ketika paduan itu mulai memudar ditelan masa
Cairo, 20 Agt 03
persemaian tak lagi mengering disapu hujan
menyalibku dalam gamang sepoi mengetam satusatu
seakan menantimu pudar ditelan cakrawala
sms jelang tidur enggankah hampiri pusara kamarmu
sekedar sampaikan rindu padu tak tercungkil
mengiris-ngiris lamunan memeras jantung
mungkin sudah ditelan hiruk pikuk pengguna ICQ
pulsaku sekarat tak lagi mumpuni salurkan rindu
hurup akhirnya meletus terhalang kurcaci-kurcaci padang pasir
yang mengganggu setiap lenggutku membangunkan setiap kantuku
mengisi lembaran-lembaran kutulis tanpa pena
tak apalah terbuang, berserakan di juru-juru
daripada menyiksa memenuhi hardisk naluriku
sudah bosankah jolangmu menampung asaku
sudah padamkah obormu menemani gelap jalanku
disana masih pekat sayang
disana ayam belum berkokok
Cairo, 20 Agt 03
Asa Patah
perasanku tumpah tercecer dilantai
mengerang menanti persinggahan
mengaduh menjelma iblis menakutkan
membuatku gundah tak bisa tidur
tangisku bekam tawaku semu malamku mencekik
rinduku beku tak tersalurkan
cintaku tak terbalaskan
hanya bingung menimpa mengiba-ngiba
menanti peluh rata tanpa kasta
lamalama aku bisa gila mencintaimu
lamalama aku bisa stres memujamu
lamalama aku terkapar merindumu
lantas mengapa semuanya jadi samar
seakan mengiring damar dalam remang malam
terangku tak bisa lagi menerobos dindingmu
telalu banyak cahaya disana
sinarku tak lagi mampu menyapa jiwamu
banyak yang terseret disana
menanti lembutmu mencari harum paras mu
sayang, banyak kata terbunuh hari ini
membaur tak jelas entah kemana setiap hurupnya beterbangan
ya, rangkaian bunga duka untuk hatiku yang makin membugang
menyentak melembut memecah dalam padu rindu kesal ragu
kadang dadaku terbakar, mencari kalimat kabur tanpa pamit
kemaren bangau itu menyapaku, mengajaku berkeliling
kemudian bercerita tentang alamnya yang tak lagi dibebani rindu
Cairo, 20 Agt 03
Kangen
kangen itu tak jadi jaminan tuk menyendiri
membiarkan jiwa dibawa si buah hati
suatu saat kan melayang dibopong orang lalu
ketika semuanya sepi ketika semuanya hening
ketika paduan itu mulai memudar ditelan masa
Cairo, 20 Agt 03
17.8.03
Padang rumput
: 58 th Indonesiaku
Panas menyapaku kemarin
menghantar debu bersama terik
sayup mesintik berdetak lembut
mengukir prasasti kertas putih
depan dipan roda empat termangu
menanti petang setia malam
lelah berputar telusuri bebatuan
lunglai menghantar tongkat pandu
jarum tak ragu menusuknusuk
menyusup dua kain kelok benang
mengikat erat dua warna
menemani lembut wanita setengah baya
dicawan kuliat kopi kental
bersanding asbak kepul asap jingga
beberapa mili ongkokan hidangan ringan
tersenyum menegur memecah hening
ya, kulihat mereka dikelilingi
terpusara kerut kening berpeci
sewaktuwaktu desah asap kelam
paduan harap cemas bangga haru
nun jauh disana runcing bambu tersandang
bukan satu, bahkan beribu beriringan
kala kokok datang menggusur fajar
kala rumput terbebani embun
di padang rumput itu,
tiang bambu tegak berdiri
di padang rumput itu,
beribu mata berkacakaca
di padang rumput itu,
M E R D E K A
Cairo, 17 Agustus 2003
: 58 th Indonesiaku
Panas menyapaku kemarin
menghantar debu bersama terik
sayup mesintik berdetak lembut
mengukir prasasti kertas putih
depan dipan roda empat termangu
menanti petang setia malam
lelah berputar telusuri bebatuan
lunglai menghantar tongkat pandu
jarum tak ragu menusuknusuk
menyusup dua kain kelok benang
mengikat erat dua warna
menemani lembut wanita setengah baya
dicawan kuliat kopi kental
bersanding asbak kepul asap jingga
beberapa mili ongkokan hidangan ringan
tersenyum menegur memecah hening
ya, kulihat mereka dikelilingi
terpusara kerut kening berpeci
sewaktuwaktu desah asap kelam
paduan harap cemas bangga haru
nun jauh disana runcing bambu tersandang
bukan satu, bahkan beribu beriringan
kala kokok datang menggusur fajar
kala rumput terbebani embun
di padang rumput itu,
tiang bambu tegak berdiri
di padang rumput itu,
beribu mata berkacakaca
di padang rumput itu,
M E R D E K A
Cairo, 17 Agustus 2003
15.8.03
Remang fairuz
aula tampak senyap dengan angin sepoi
kulihat sekelompok orang berbincang
adem ayem sejuk indah dipandang
walaupun damar terlihat sedikit suram
dibalik bilik dapur asap tipis melangit
perempuan renta duduk diatas ambenamben
menanti buah hati melangkan layanglayang
lalu kembali dengan binar cerita ceria
sedangkan beranda tampak lenggang
hanya beberapa tanaman dalam vas kaleng
seakan berlomba mengapai dinding rapuh
terkadang dedaunya gugur diterpa sepoi
ruangan tengah lumayan padat
kudengar ayatayat suci terlontar bersautan
beberapa bocah tanpa ijazah terus menggali
tak harus semuanya formal saut mereka
sayup lemah azan dikumandangkan
mega merah menutup hari menyambut pekat
“maapkan ibu yah nak, bukan ga sayang;
untuk makan saja segini adanya
apalagi kalo kamu sekolah”
ya, kudengar suara itu dengan jelas
diatas meja lapuk fairuz menitikan air pipi
jiwanya menjerit, hatinya merintih
segetir itukah lakonan diri ?
Sedang malam terus berlalu dengan sombong
10.0.0.3
August 15 2003
Rindumu gaduhdalam
berkutat dalam bising padu karam
setiap halaman adalah makna
setiap nafas adalah usia
bising karam memadu usia dalam makna
berkutat dalam senja adalah asa
setiap menit adalah rindu
setiap jengkal adalah padu
menanti asa senja dalam padu rindu
catatanmu dalam petuah adalah prasati
langkahmu penjarakan kelam adalah tekad
dan apakah rindumu, asamu, anganmu,
akan sepenuhnya dalam dawai paduku
B@YONET, 15 agt 03
Lehamu sesalmu
memenggal waktu pada batu
bersama malammalam hampa tanpa makna
lalu siangmu bak kilatan guyon
membiarkan detak pamit tanpa salam
sembilan purnama titipkan raga
memenjarakan telaga pada kelabu
melepaskan bayang pada angan
memenjarakan naluri dalam pekat
ketika getir itu manghampiri
suryamu lenyap ditelan awan
seiring dempul terus menebal
mengoyak asa melebur usia
B@YONET, Agt 15,03
aula tampak senyap dengan angin sepoi
kulihat sekelompok orang berbincang
adem ayem sejuk indah dipandang
walaupun damar terlihat sedikit suram
dibalik bilik dapur asap tipis melangit
perempuan renta duduk diatas ambenamben
menanti buah hati melangkan layanglayang
lalu kembali dengan binar cerita ceria
sedangkan beranda tampak lenggang
hanya beberapa tanaman dalam vas kaleng
seakan berlomba mengapai dinding rapuh
terkadang dedaunya gugur diterpa sepoi
ruangan tengah lumayan padat
kudengar ayatayat suci terlontar bersautan
beberapa bocah tanpa ijazah terus menggali
tak harus semuanya formal saut mereka
sayup lemah azan dikumandangkan
mega merah menutup hari menyambut pekat
“maapkan ibu yah nak, bukan ga sayang;
untuk makan saja segini adanya
apalagi kalo kamu sekolah”
ya, kudengar suara itu dengan jelas
diatas meja lapuk fairuz menitikan air pipi
jiwanya menjerit, hatinya merintih
segetir itukah lakonan diri ?
Sedang malam terus berlalu dengan sombong
10.0.0.3
August 15 2003
Rindumu gaduhdalam
berkutat dalam bising padu karam
setiap halaman adalah makna
setiap nafas adalah usia
bising karam memadu usia dalam makna
berkutat dalam senja adalah asa
setiap menit adalah rindu
setiap jengkal adalah padu
menanti asa senja dalam padu rindu
catatanmu dalam petuah adalah prasati
langkahmu penjarakan kelam adalah tekad
dan apakah rindumu, asamu, anganmu,
akan sepenuhnya dalam dawai paduku
B@YONET, 15 agt 03
Lehamu sesalmu
memenggal waktu pada batu
bersama malammalam hampa tanpa makna
lalu siangmu bak kilatan guyon
membiarkan detak pamit tanpa salam
sembilan purnama titipkan raga
memenjarakan telaga pada kelabu
melepaskan bayang pada angan
memenjarakan naluri dalam pekat
ketika getir itu manghampiri
suryamu lenyap ditelan awan
seiring dempul terus menebal
mengoyak asa melebur usia
B@YONET, Agt 15,03
13.7.03
Alat
bersama mentari menyambut hari anugrahmu
bermain kelam menanti malam dalam buram
hambamu karang congkak bertepuk
kalaulah cakrawala senja mengerti getir
lantas kemana alat pekat keparat berkarat
seakan buram congkak cakrawala senja
menggantung mengiring mendung menanti malam
hambamu bersimpuh mamadu alat bersemi
emang enak jadi alat lantas sepah terbuang
perjalananmu memang begitu mas,,,,
memadu alat bermain buram bertepuk ombak
kalo engga, birumu kembali mengelam
menggapai awan lalu memutih bak kapas berganti
hambamu alat menggapai puas srigala congkak
berjalan lusuh mencari celah ungu membiru
kemudian memutih ditelan awan
bersama mentari menyambut hari anugrahmu
bermain kelam menanti malam dalam buram
hambamu karang congkak bertepuk
kalaulah cakrawala senja mengerti getir
lantas kemana alat pekat keparat berkarat
seakan buram congkak cakrawala senja
menggantung mengiring mendung menanti malam
hambamu bersimpuh mamadu alat bersemi
emang enak jadi alat lantas sepah terbuang
perjalananmu memang begitu mas,,,,
memadu alat bermain buram bertepuk ombak
kalo engga, birumu kembali mengelam
menggapai awan lalu memutih bak kapas berganti
hambamu alat menggapai puas srigala congkak
berjalan lusuh mencari celah ungu membiru
kemudian memutih ditelan awan
23.5.03
AWAL SEBUAH RENCANA
hai...
kenapa merenung ketika orang terbahak
kadang indahnya mawar
riiringi tajam duri batangnya
taukah kau
direktur dengan kursi enak sekalipun
sekian ribu rintangan yang harus dilaluinya
bukankah para pujangga pernah bilang
bangunlah paling petang lalu singsingkan lengan baju
indahnya kupu-kupu diengah taman
tak lepas dari kepompong mejijikan
telah membatukah kedua hati
lalu kemana awal sebuah rencana ??
cairo, 020403
MASKOKI
tegakan sirip melawan jet pump
mengatur insang sirkulasi air
hidupku hanya disini, ya dalam kotak kaca
memanajakan kejernihan
melahap tiap suguhan tak bosan
mataku bahkan tak pernah terpejam
manantimu lalai lalu meloncat
ups, banyak zat kimia disini
mungkinkah kembali kepangkuanmu
di tempat sempit tak apalah
diantara kekangan dan mati
hanya termenung ditemani kincir plastik
cairo, 040403
RASA ITUKAH LAGI
percikan menuntut muram
mengeja setiap dusta manis
yah, digunung pinang itu
ikrar kesetiaan merangkai penantian
masih ingatkah lidah-lidah ombak
hamparan pasir dan raja siang
menyaksikan jalinan kita
walaupun hari mulai beralih tugas
menyisakan nan indah mega mega merah
yang seakan menyatu dengan dinginnya lautan
itu sulu dan terkubur sudah
walaupun berakhir dengan kobaran api
takdir membawaku beralih benua
menapaki dunia baru, namun
rasa itukah lagi yang menghantui ??
cairo, 020403
SKETSA KEMARAU
aku titipkan ragaku di kotamu oasan
walau yang maha segalanyalah
pemilik jagad raya ini
kini pancaroba kita bersama
air.....air.....air........
namanya juga numpang bung !!!!
lo ajnaby belakangan aja deh !!
inikah yang disebut padangpasir
atau berubah rimba belantara ???
cairo, 030403
UKIRAN KABUT SENJA
di sukhtuh ujung pencakar langit
meraup nostalgia meniti hidup
ukian kabut merias semesta
senja itu kala alam beranjak sunyi
ketika manusia tak memanusia
ketika hewan enggan bersahabat
indahmu kini mengelam
kabutmu kini asap hitam
dan apakah mataharimu, bumimu
akan mulai enggan mengikuti poros
kmb, akhir acara term II
TANAHMU
wahai tuhan....
sudah dekatkah hari akhir
ketika manusia tak ubahnya hewan
ketika pria seolah malih warni
lalu para wanita malih warna
wahai rasul........
inikah bak hidangan di meja makan
ketika si polisi dunia mengukir kelam
ketika umatmu tak lagi mengenal ukhuwah
ketergantungan dan siap didikte
telah mengeraskah segumpal daging
hingga aku hanya bisa menggerakan pena
padahal tetanggaku kini merintih
saudaraku kini menangis
hanya kata sabar yang terlontar
dikota akhir peradaban pendahulu
kamar sumpek, 030403
SEUNTAI RERUNTUHAN
berjalan dengan masing-masing aktifitas
membuka lahan menebar benih
dulu kita dalam satu wadah
berbaur mencoba cari jatidiri
melebur mencoba saling mengisi
pernahkah kita meniru lebah
memberi menfaat dalam segala aktifitas
pernahkah kita bercermin pada matahari
tak pernah bosan menyinari hingga akhir nanti
aku selalu berharap reruntuhan itu
tetap dalam satu tujuan
membangun ruangan-ruangan baru
mencetak kader militan bangsa dan agama
seperti amuba, membelah diri
tuk ciptakan kehidupan baru
PARA OASAN
engga jelas !! engga jelas !! engga jelas !!
berteriak !! berteriak !! berteriak !!
adu mulut !! adu mulut !! adu mulut !!
seperti itukan seharusnya wahai para oasan !!
mutsallats, 200303
MERINGKIK MENGEMBIK
ketika kerumitan batas kaji nampak
pohon, yah pohon bercabang meniti ranting
hutan belantarakah masa depanku ??
lalu masing-masing individu
disetiap ujung helai dedaunan ??
likalikulukalakulakilakaluki
akankah manjadi nyanyian hidup tak berakhir
aku dan multi dimensi
fatamorgana, saut kawanan keledai
pada cakrawala......
pada tabir..........
pada aura...........
pada senja..........
pada penjelajahan tak berakhir
ketika kuda meringkik
ketika kambing mengembik
sq cairo, 180303
NYANYIAN SENJA
ATT 491-9150 pioneer penjelajahan
membuka lahan meniti pesawahan
SN 0307E012 sukar dimengerti
namun tabir kulit bawang ternyata
2059-001028-CEN-NF rindukah aku
nyanyian senja kilas balik nostalgia
hai...
kenapa merenung ketika orang terbahak
kadang indahnya mawar
riiringi tajam duri batangnya
taukah kau
direktur dengan kursi enak sekalipun
sekian ribu rintangan yang harus dilaluinya
bukankah para pujangga pernah bilang
bangunlah paling petang lalu singsingkan lengan baju
indahnya kupu-kupu diengah taman
tak lepas dari kepompong mejijikan
telah membatukah kedua hati
lalu kemana awal sebuah rencana ??
cairo, 020403
MASKOKI
tegakan sirip melawan jet pump
mengatur insang sirkulasi air
hidupku hanya disini, ya dalam kotak kaca
memanajakan kejernihan
melahap tiap suguhan tak bosan
mataku bahkan tak pernah terpejam
manantimu lalai lalu meloncat
ups, banyak zat kimia disini
mungkinkah kembali kepangkuanmu
di tempat sempit tak apalah
diantara kekangan dan mati
hanya termenung ditemani kincir plastik
cairo, 040403
RASA ITUKAH LAGI
percikan menuntut muram
mengeja setiap dusta manis
yah, digunung pinang itu
ikrar kesetiaan merangkai penantian
masih ingatkah lidah-lidah ombak
hamparan pasir dan raja siang
menyaksikan jalinan kita
walaupun hari mulai beralih tugas
menyisakan nan indah mega mega merah
yang seakan menyatu dengan dinginnya lautan
itu sulu dan terkubur sudah
walaupun berakhir dengan kobaran api
takdir membawaku beralih benua
menapaki dunia baru, namun
rasa itukah lagi yang menghantui ??
cairo, 020403
SKETSA KEMARAU
aku titipkan ragaku di kotamu oasan
walau yang maha segalanyalah
pemilik jagad raya ini
kini pancaroba kita bersama
air.....air.....air........
namanya juga numpang bung !!!!
lo ajnaby belakangan aja deh !!
inikah yang disebut padangpasir
atau berubah rimba belantara ???
cairo, 030403
UKIRAN KABUT SENJA
di sukhtuh ujung pencakar langit
meraup nostalgia meniti hidup
ukian kabut merias semesta
senja itu kala alam beranjak sunyi
ketika manusia tak memanusia
ketika hewan enggan bersahabat
indahmu kini mengelam
kabutmu kini asap hitam
dan apakah mataharimu, bumimu
akan mulai enggan mengikuti poros
kmb, akhir acara term II
TANAHMU
wahai tuhan....
sudah dekatkah hari akhir
ketika manusia tak ubahnya hewan
ketika pria seolah malih warni
lalu para wanita malih warna
wahai rasul........
inikah bak hidangan di meja makan
ketika si polisi dunia mengukir kelam
ketika umatmu tak lagi mengenal ukhuwah
ketergantungan dan siap didikte
telah mengeraskah segumpal daging
hingga aku hanya bisa menggerakan pena
padahal tetanggaku kini merintih
saudaraku kini menangis
hanya kata sabar yang terlontar
dikota akhir peradaban pendahulu
kamar sumpek, 030403
SEUNTAI RERUNTUHAN
berjalan dengan masing-masing aktifitas
membuka lahan menebar benih
dulu kita dalam satu wadah
berbaur mencoba cari jatidiri
melebur mencoba saling mengisi
pernahkah kita meniru lebah
memberi menfaat dalam segala aktifitas
pernahkah kita bercermin pada matahari
tak pernah bosan menyinari hingga akhir nanti
aku selalu berharap reruntuhan itu
tetap dalam satu tujuan
membangun ruangan-ruangan baru
mencetak kader militan bangsa dan agama
seperti amuba, membelah diri
tuk ciptakan kehidupan baru
PARA OASAN
engga jelas !! engga jelas !! engga jelas !!
berteriak !! berteriak !! berteriak !!
adu mulut !! adu mulut !! adu mulut !!
seperti itukan seharusnya wahai para oasan !!
mutsallats, 200303
MERINGKIK MENGEMBIK
ketika kerumitan batas kaji nampak
pohon, yah pohon bercabang meniti ranting
hutan belantarakah masa depanku ??
lalu masing-masing individu
disetiap ujung helai dedaunan ??
likalikulukalakulakilakaluki
akankah manjadi nyanyian hidup tak berakhir
aku dan multi dimensi
fatamorgana, saut kawanan keledai
pada cakrawala......
pada tabir..........
pada aura...........
pada senja..........
pada penjelajahan tak berakhir
ketika kuda meringkik
ketika kambing mengembik
sq cairo, 180303
NYANYIAN SENJA
ATT 491-9150 pioneer penjelajahan
membuka lahan meniti pesawahan
SN 0307E012 sukar dimengerti
namun tabir kulit bawang ternyata
2059-001028-CEN-NF rindukah aku
nyanyian senja kilas balik nostalgia
11.5.03
10.5.03
ARYA KAMANDANU
Melalui gelombang elektromagnetik
Dan fasilitas telkom kita saling mengenal
Nama samaran yang sudah mentradisi
Kadang menjadi teka-teki yang unik
Arya kamandanu produk terbaru
yang akan merelakan hilang dari udara
melayang diterpa angin berpindah benua
tuk kejar satu asa dan kasta
mencoba melawan arus menerpa badai
menghalau galau dan kicau bangau
akankah tegar sepanjang rajutan
atau tersungkur lalu perlahan menghilam
hanya doa dari seluruh sobat sekalian
semoga kita selalu diatas pijakan yang tepat
selamat tinggal udara curahan kita
harapanku kau tetap jaya hingga ahir masa
Booring room
o5 nov 2002
DARNIESA
Biru dan ungu berpadu
Walaupun merah dan kuning
Mencoba tuk jadikan hitam
Lukisan indah anugrah yang maha segalanya
Ketika merah muda hinggap
Unguku hilang entah kemana
Jahat memang, tapi itu adanya
Walaupun telah kucoba korbankan biruku
Janji-janji mungkin tinggal janji
Kini kuberusaha tuk jadi putih
Bebas dari segala beban walaupun menyakitkan
Dan melukai darniesa paduan kita
Suara keledai dan cekikikan putri duyung
Itu semua resiko dan akan lebih baik
Ketimbang auman macan dan lolongan srigala
Walaupun harus menghapus wanginya darniesa kita
Maapkan aku kasih
Mudah-mudahan kita bisa menemukan paduan yang tepat
Dari kesalahan paduan antara kita
Dibalik tragedi pasti ada hikmah yang bisa kita petik
23 Okt 2002
DESA INDAHKU
Deru kejauhan ombak bageudur
Lekuk jalanan malingping kota indahku
Deretan pegunungan bertabur luas perkebunan
Kokok ayam petang serta kicauan burung pagi
Masa diperantauan seiring detak jantung
Perlahan namun pasti tuk secercah cahaya
Embun pagi ini bak lampu kuning
Hitungan detik yang kian menyempit
Hamparan pesawahan nan menghijau
Bebegig berseling kawanan pipit berganti
Danau, kelokan sungai lalu laut
Guguran daun jati dikemarau panjang
Rerumputan tangah padang pasirkah ?!!
Bangunan serba betonkah ?!!
Perantauan lagikah ?!! atau bahkan
Rintihan yang tak pernah terdengarkah ?!!
Nantikan kepulanganku dengan sejuk nafasmu !!!
Akasia fitness
05 Nov 2002
KEPOMPONG
Kapas bertebaran mawar mulai merekah
Dibalik besi berani yang mulai pudar keberaniannya
Sang surya kini berkedip kupu mulai punah
Gerimis sore tadi jadikan sejuk suasana
Malam ini kapas itu mulai dipintal jadi kain
Dan mawar tambah merekah
Mentari bersinar tapi di belahan bumi sana
Sedang kupu hinggap kepompong kini di dahan
Tiga jarum itu terus berputar
Malam mulai mendekati petang
Selokan membesar menjadi sungai
Satu hal yang perlu kita sadari
Kain itu akan memudar
Dan mawar mulai menunduk
Serta mentari menampakan mega merah
Seakan mengiring kepompong jadi kupu dan mati
Booring room
First Oct 2002
LAYARKU
Sore ini mentari beranjak tidur
Alam menyuguhkan beragam kesempatan
Danau kabur ke sungai-sungai lalu ke laut
Ada yang tetap jernih, keruh, bahkan ada yang pekat
Diatas sampan ini kuberusaha
Tuk tegakan layar lalu menggayuh dayung
Lautan itu ternyata luas, layarku lebar
Layar-layar kecil mulai ditiup angin
Silebarku mulai tegak, namun malam mulai beranjak pagi
Delapan putaran tiga jarum, jarak tempuh pulau itu
Dua lebar lainnya mulai dituntun sisepoi-sepoi
Tapi dayung mereka menanti ayunan dayungku
Hanya yang maha segalanya penentu semua ini
Dan dukungan damar penerang jalanku
Juga danau kawah candradimuka almamaterku
Serta arus sungai-sungai, baik yang jernih maupun pekat
Melati shop
11 Okt 2002
LILI MELATIKU
Mata air itu kini menjadi danau
Besi perlahan berkarat dan menghilang
Liliku mulai memutih
Diiringi kuncup melati yang jatuh sebelum berkembang
Kepingan yang dulu susah tuk terkumpul
Setelah bersatu kini menghilang entah kemana
Rasanya malam minggu di cilegon itu mimpi
Tapi mengapa aku jadi sejahat itu
Gemuruhnya laut berpadu topan dan badai
Mungkin resiko sepoi angin
Dan sayup merdu kicauan burung
Serta jernih kelok sungai ke muara
Maapkan liliku, maapkan melatiku
Simbol dan pahatan memang sukar hilang
Aku hanya bias berharap, tetesanku
Bisa sedikit menghaluskan relip kehilapanku
Pertengahan Okt 2002
OASIS
Candradimuka laluku enam tahun terjalani
Terurai menjadi harapan-harapan tak berujung
Kini bukit terjal akan mulai kudaki
Berpapasan tradisi, komunitas, dan medan juang anyar
Sendiri dalam kesunyian itu sudah biasa
Pijakan bebatuan dan jalan setapak baru
Berhiaskan rerumpputan, ilalang bahkan semak berduri
Seakan mengiringi setiap detak jantung
Layarku sudah terkembang
Dayungku akan mulai tergayuh sembilan nopember ini
Oasis tengah padang pasir
Benarkah gudang harapan masa depan
Entahlah, tugas manusia tuk berusaha
Jadikan kayu togkat perisai diri
Atau malah menjadi boomerang
Seperti sikerdil dengan jubah besar
Akasia fitness
09 Nov 2002
SAYAP-SAYAP ANUGRAHMU
Guratan pena joyko saksi naluriku
Tuk julurkan sayap berpacu dengan waktu
Meniti setiap helai dedaunan
Seiring denyut nadi dan rotasi bumi
Hamparan padang pasir
Dan bangunan serba beton
Lurus jalanan Nasr City
Saksi anugrah indahmu
Tiga ribu sayap-sayap anugrahmu disini
Berjuta nan jauh disana
Bahu-membahu tuk wujudkan cita
Meraih tanah air damai tentram dan sejahtera
Merenopasi taqlid
Mencoba terobos pencerahan
Tuk wujudkan kedamaian
Baldatun toyibatun warobun gopur
10 th District, mutsallats, Cairo
December 01, 2002 C
TALI-TALI ITU
Tali-tali itu memang indah sobat
Simpul pangkal,tiang, bahkan mati, kadang menghiasi
Tidak sedikit yang memiliki banyak tali
Tapi hati-hati sobat
Ketika tali-tali itu bersinggungan
Acaranya akan jadi muram
Kesetiaan, kebersamaan, saling pengertian
Akan terus merenopasi jenuh keadaan
Dan tidak sedikit pula
yang sudah terpatri, kembali memudar
perhatikan, hati-hati, jalani
itu semua anugrah tuhan
Booring room
Last sept 2002
Subscribe to:
Posts (Atom)